My Beloved Family

My Beloved Family
"The love of a family is life's greatest blessing" -anonim-

Saturday, August 1

Analisis Pararelisme Modernisasi dan Hedonistic Consumerism



ABSTRAK
Tulisan ini adalah merupakan studi isu globalisasi dimana fokus pembahasannya adalah mengenai analisis analisis pararelisme modernisasi dan hedonistic consumeris. Dalam tulisan ini akan dijelaskan dan dianalisis bagaimana sistem perekonomian kapitalisme sebagai sistem perekonomian superior melahirkan pararelisme antara modernisme dangan ekonomi global yang menyebabkan hadirnya hedonistic consumerisme. Selain itu juga akan dijelaskan kritik dan pendapat serta asumsi alterbatif yang terkait.
 
Kata Kunci : Kapitalis, modernisasi, ekonomi global, hedonistic consumerisme.

Terdapat suatu asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi superior yang melahirkan pararelisme antara modernisasi dengan ekonomi global yang menyebabkan hadirnya hedonistic consumerism. Asumsi tersebut berkembang seiring pasca berakhirnya sistem ekonomi non-kapitalis yang tergantikan oleh sistem ekonomi kapitalis yaitu dimana pasar bebas banyak berlaku. Istilah lain dari banyaknya ekonomi pasar bebas ini dalam taraf tertentu diidentifikasikan sebagai globalisasi ekonomi atau ekonomi global. Globalisasi ekonomi memandang dunia dalam satu kesatuan dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara dan merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sistem globalisasi yang erat kaitannya dengan perdagangan bebas (free trade) melahirkan suatu sistem ekonomi kapitalis yang dikendalikan oleh pihak-pihak swasta yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Hadirnya banyak korporasi asing dan perusahaan multiasional yang berinvestasi di suatu negara merupakan bentuk nyata kapitalisme global. Kapitalisme ini mendorong meningkatnya modernisasi di segala aspek kehidupan. Misalnya saja adanya kartu kredit sebagai salah satu modernisasi alat pembayaran yang memudahkan konsumen untuk melakukan pebayaran. Adanya modernisasi yang difasiliasi oleh banyak kapitalis ini tidak hanya berdampak positif, namu juga berdampak negatif. Kecepatan dan kemudahan diperoleh menyebabkan masyarakat tidak berfikir panjang mengenai hal-hal yang dionsumsinya. Pada akhirnya hal tersebut akan menyebabkan suatu masyarakat memiliki sifat konsumerisme atau dalam tingkatan yang lebih tinggi disebut hedonistic consumerism.
Konsumerisme sendiri diidentifikasikan menjadi suatu idiologi dimana menjadikan suatu personal untuk menjalankan proses konsumsi atau membeli kepemilikan material secara berlebihan dengan tujuan pemuasaan kebutuhan dan kebahagiaan personal. Konsumerisme menawarkan kepuasan ego bagi mereka yang dapat memenuhi kemewahan dan rasa frustasi bagi mereka yang tidak dapat memenuhinya. Hedonistic consumerism  menjadi suatu permasalahan yang menarik untuk dibahas karena fenomena ini banyak dan hampir terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Selain itu konsumerisme sendiri juga menyebabkan timbulnya sistem sosial tertentu sehingga muncul suatu jarak antar masyarakat yang menggambarkan status sosial diantara mereka. Dalam tulisan ini, akan coba dibahas mengenai pararelisme antara modernisasi, sebagai akibat dari kapitalisme, dan hedonistic consumerism.

Berakhirnya Sistem Ekonomi Non Kapitalis
            Tidak banyak tulisan mengenai sistem ekonomi non kapitalis atau sistem ekonomi yang berlaku dan dijalankan sebelum lahirnya sistem ekonomi kapitalis. Krisis keuangan global telah mengubah peta kekuatan ekonomi dunia. Kelompok negara yang dikenal sebagai G-7 (Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Perancis, Jerman, Kanada dan Italia) yang selama puluhan tahun menjadi negara pengendali pergerakan ekonomi dunia telah bergeser. Ada suatu fakta yang menarik bahwa krisis keuangan global telah mempercepat peta pergeseran ini. Di samping itu, keadaan juga mulai berubah ketika gelombang industrialisasi melanda negara- negara Eropa Barat.
Di dalam masyarakat tradisional tersebut terjadi perubahan, dimana sistem ekonomi bersekala kecil mulai diguncang oleh adanya industrialisasi sebagai sistem ekonomi berskala besar. Perkembangan industrialisasi yang pesat akhirnya menekankan pada kepemilikan modal (kapital) yang besar sehingga dari sanalah muncul suatu sistem ekonomi baru yaitu kapitalis. Setelah perang dingin berakhir pada tahun 1980-an, kapitalisme global mulai berkembang pesat sebagai pengganti dari sistem non kapitalis. Kapitalisme inilah yang nantinya menjadi latar belakang sekaligus pemicu budaya konsumerisme. Kapitalisme mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa dimana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia.
Kapitalisme global sebenarnya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kapitalisme klasik yang telah dikritik oleh Karl Marx. Kalau dalam kapitalisme klasik ruang lingkup atau jangkauan kekuasaannya hanya dalam satu negara, maka dalam kapitalisme global dunia seakan tidak mempunyai sekat-sekat kedaulatan lagi. Kapitalisme yang timbul erat kaitannya dengan perdagangan bebas dimana dalam sisi perdagangan dan investasi pada masa itu bergerak menuju liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan.

Kapitalisme dan Modernisasi
            Kapitalisme dan modernisasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Kapitalisme dapat membentuk modernisasi, begitu juga sebaliknya. Modernisasi dapat mendorong kapitalisme. Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan kata lain modernisasi adalah suatu proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru dimana pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan suatu perubahan dari keadaan tertentu ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan teratur. Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.
            Salah satu ciri dari modernisasi adalah perkembangan dimana modernisasi cenderung memperluas jaringan ruang dan lingkupnya yang disebut globalisasi sehingga dapat dikatakan modernias adalah globalisasi, artinya cenderung meliputi kawasan geografis yang makin luas dan akhirnya meliputi seluruh dunia. Proses modernisasi tidak terlepas dari peran serta kapitalisme. Kapitalisme telah mendorong dan mengharuskan adanya ekspasi ke luar dalam rangka penguasaan pasar dan pasokan sumber bahan baku dimana penguasaan tersebut bertujuan untuk menjamin keberlangsungan penumpukan modal negara asalnya.
Penumpukan modal tersebut yang nantinya digunakan dan diolah sebagai modal untuk pengembangan negara atau untuk proses modernisasi di berbagai bidang. Setelah Perang Dunia II, dominasi kapitalisme oleh suatu negara tidak diwujudkan dalam penjajahan fisik tetapi juga non fisik. Di bidang ekonomi banyak dibentuk lembaga-lembaga ekonomi sebaga pengendali baru perekonomian negara. Contoh lain di bidang sosial, adalah dilakukannya rekayasa-rekayasa sosial melalui penyusunan teori sosial dan dalam hal ini teori yang berhasil dikembangkan adalah teori modernisasi. Teori modernisasi pada dasarnya merupakan suatu gagasan tentang perubahan sosial yang dalam perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi.
Hubungan sebaliknya antara kapitalisme dan modernisasi dapat dijelaskan melalui kesetaraan paham kapitalisme dan teori modernisasi. Dalam konstruksi teori modernisasi, sebenarnya peran negara telah dikurangi seminimal mungkin dimana hal tersebut sesuai dengan paham kapitalisme yang sangat meminimalkan peran negara dalam urusan ekonomi. Masyarakat dan negara-negara berkembang lebih mengutamakan dan mengedepankan peran swasta sehingga menyebabkan terbukanya peluang bagi negara-negara kapitalis untuk mengembangkan usahanya di negara berkembang melalui perusahaan-perusahaan multinasional.
Dari kedua hubungan timbal balik tersebut secara garis besar dapat dikatakan modernisasi atau modernitas merupakan hasil dari kapitalisme yang bertujuan untuk membentuk masyarakat yang lebih baik lagi atau dapat dikatakan modernisasi merupakan kemenangan dari kapitalisme. Sedangkan dalam hubungan sebaliknya modernisasi juga digunakan sebagai sarana kapitalisme. Lalu bagaimana hubungan antara kapitalisme, modernisasi dan konsumerisme itu sendiri? Titik akhir atau titik tertinggi dari suatu perkembangan atau modernitas adalah konsumsi massal dalam tingkatan yang tinggi. Inilah yang nantinya akan membawa pada hedonistic consumerism.
           
Pararelisme Modernisasi, Ekonomi Global dan Hedonistic Consmerism
Masyarakat yang hidup di zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Masyarakat konsumen sebenarnya merupakan hasil dari kapitalisme global dimana menggunakan modernisasi sebagai kedok. Di era globalisasi ini berbagai tatanan dan erkembangan membawa kemudahan pemenuhan kebutuhan tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya tidak lepas dari perkemangan teknologi sebagai pelegitimasi modernisasi dan kapitalis. Kemajuan teknologi sebagai penanda modernitas dimana secara tidak langsung masyaraat diisyaratkan untuk menjadi konsumtif agar mencapai puncak perkembangan (modernitas). Sehingga modernitas sendiri bukan cuman menjadi sarana pendorong budaya konsumtif namun juga sebagai tujuan dari budaya konsumtif itu sendiri.
Legitimasi oleh ilmu pengetahuan terjadi karena ilmu pengetahuan itu bersifat netral. Sehingga kemudian menjadi alat pelegitimasi kepentingan kapitalisme. Akibatnya akal manusia berubah dari akal budi objektif menjadi instrumentalis yang hanya disetarakan untuk mencapai sesuatu tanpa mempertimbangkan etika dan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan dianggap rasional sehingga masyarakat akhirnya mengiyakan dan mudah percaya terhadap promosi produk dengan bungkus ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh pada industri pertanian. Kemajuan teknologi di bidang pertanian membuat bibit hibrida dan pupuk buatan mampu berkolaborasi dengan baik dan menjadikan hasil panen lebih melimpah dalam penggunaannya. Akibatnya, orientasi ekonomi meningkat dan agar keuntungan tetap terjaga maka pembelian bibit dan puuk harus terus terbeli dan dilaksanakan. Hal tersebut akhirnya menguntungkan perusahaan dan industri pertanian yang merupakan betuk dari kapitalisme.
Dari contoh di atas, tingkat konsumsi tinggi karena produksi yang tinggi. Di sisi lain kapitalisme kokoh karena dilegitimasi oleh ilmu pengetahuan, idiologi dan teknologi. Kapitalisme bertransformasi dimana tidak dianggap sebagai ancaman yang menindas dan berusaha mendominasi namun juga menjadi bagian dari dinamika sosial ekonomi masyarakat modern. Berkembangnya kapitalisme menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang terarah karena semakin terbuka luasnya peran serta korporasi asing dalam berinvestasi di suatu negara. Kapitalisme juga membuat perekonomian suatu negara lebih produtif dan menjadi hal yang sentra menunjukkan kekuatan suatu negara. Kapitalis juga berperan untuk menghilangkan eterbatasan masyarakat dalam berekspresi di kegiatan perekonomian.
Dengan sistem kapitalis, perekonomian tidak lagi dipegang komandonya mutlak oleh pemerintah. Dan kebebasan inilah, terutama kebebasan di bedang perekonomian yang menjadi sentra suatu negra, adalah bentuk suatu modernitas tinggi. Modernisasi sendiri merupakan istilah karena adanya proses perubahan masyarakat beserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern. Adanya proses globalisasi yang yang ditandai dengan munculnya modernitas, membuat kemudahan arus informasi dan komunikasi yang berpengaruh kepada kemampuan interkoneksi global. Maksudnya adalah saat ini masyarakat mendapatkan kemudahan menangkap informasi dan melakukan transaksi sebagai dasar dan pendorong sifat konsumerismenya tanpa terbatasi ruang dan waktu.
Hilangnya batasan ruang dan waktu ini bisa juga disebut fenomena time space distanciation.  Kemunculan fenomena ini juga merupakan salah satu ciri dari globalisasi dan merupakan salah satu bentuk nyata moderisasi dimana sebelumnya proses transaksi untuk keperluan konsumsi hanya bisa dilaksanakan secara langsung. Dengan adanya fenomena ini pertemuan fisik antara penjual dan pembeli tidak lagi menjadi elemen signifikan dalam proses transaksi. Hal yang lebih signifikan bergeser ke arah bagaimana produsen dan penjual mengembangkan networking mereka untuk menarik minat dan kepercayaan para konsumen atau pembeli sehingga terjadi proses transaksi jual beli. Perkembangan media komunikasi juga dapat membentuk habit society yang kemudian terkolerasi dengan budaya konsumerisme. Fenomena ini disebut simulacra. Penayangan berulang-ulang oleh media pada akhirnya membentuk habit  untuk mengkonsumsi barang. Dan dalam tingkatan berlebihan dapat menimbulkan lifestyle konsumtif atau biasa disebut konsumerisme.
Kedua fenomena tersebut mengarah dan menjadi pendorong munculnya konsumerisme. Kultur konsumerisme yang dibentuk oleh media melalui simularca  ini kemudian difasilitasi oleh globalisasi dan modernisasi melalui time space distanciation. Secara sosial dan budaya, konsumerisme timbul karena adanya problematika sosial dimana terjadi karena masyarakat tidak siap atas perubahan sosial yang terjadi di lingkungannya. Bagi masyarakat yang belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan dalam kehidupan sosial dan budaya yang mengakibatkan seseorang individu menjad tertinggal atau frustasi. Kondisi demikian dapat menimbulkan suatu keadaan dan tidak serasi dalam kehidupan.
Misalnya di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif berlebih sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup baru. Masyarakat kini membeli barang bukan dikarenakan ia membutuhkan barang tersebut tetapi dikarenakan tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan bagi dirinya. Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih kearah keinginan dan budaya atau mode yang sedang berkembang. Proses konsumsi dari masyarakat sekarang ini tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta budaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Adanya konsumerisme juga menyebabkan timbulnya sistem sosial tertentu sehingga muncul suatu jarak antar masyarakat yang menggambarkan status sosial diantara mereka. Keingian untuk mendapatkan status sosial yang tinggi menjadikan masyarakat berlomba-lomba meningkatkan sifat konsumerismenya. Hal tersebut akhirnya dimanfatkan korporasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui pemenuhan konsumerisme. Konsumerisme menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi obyek. Konsumerisme digunakan sebagai identitas diri masyarakat dimana barang, jasa maupun produk digunakan untuk membangun dan mengekspresikan identitas diri. Dalam hal ini konsumsi juga digunakan sebagai sarana informasi untuk mengkomunikasikan berbaga hal termasuk golongan sosial.

Kritik dan Asumsi Alternatif
Kapitalis sebagai sistem ekonomi superior memang terbukti membawa banyak pengaruh dalam perkembangan berbagai fenomena, terutama konsumerisme. Dampak yang ditimbulkan memang tidak terjadi secara langusng. Lahirnya kapitalisme sejalan dengan berkembangnya modernisasi dimana akan berpararelisasi terhadap hedonistic consumerism. Perkembangan kapitalis membuat para pemilik modal dan investor asing mendapatkan kesempatan untuk menguasai sistem ekonomi suatu negara dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Perkembangan kapitalis ini juga mencitaptakan modernisasi karena berkat banyaknya inovasi dari produksi-produksi yang dikejar kapitalis, maka berbagai pemenuhan aspek kehidupan menjadi lebih mudah. Perkembangan modernisasi ini yang didukung kapitalisme dan globalisasi akhirnya mengakibatkan merebaknya fenomena konsumerisme.
Konsumsi yang tinggi dan berlebihan akhirnya membawa pada fenomena hedonistic consumerim dimana fenomena ini juga merupakan bentuk dari modernisasi. Sehingga muncullah suatu asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi superior yang melahirkan pararelisme antara modernisme dengan ekonomi global yang menyebabkan hadirnya hedonistic consumerism.

Jika dianalisis lebih jauh, keterkaitan ini nantinya akan berujung kembali kepada kapitalis dilihat dari banyaknya keuntungan yang didapat. Sehingga pada intinya, dari kapitalis berakhir pada keuntungan kapitalis itu sendiri. Konsumerime hanya digunakan sebagai tolak ukur dan titik akhir perkembangan (modernitas).
            Mengenai asumsi alternatifnya, dalam beberapa case, konsumerisme tidak hanya mutlak berasal dari sistem perekonomian kapitalis. Dibeberapa negara maju mungkin sistem ekonomi kapitalis ini membantu kestabilan perekonomian global di suatu negara meningkat. Di negara-negara maju seperti Rusia misalnya. Dengan sistem ini, perekonomian global di Rusia mengalami kestabilan sehingga pendapatan rata-rata penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Hal tersebut akhirnya menjadikan masyrakat Rusia memiliki keinginan lebih untuk membelanjakan pendapatannya ditunjang dengan terfasilitasinya proses jual beli yang lebih mudah menjadikan masyarakat Rusia memiliki tingkat konsumsi yang sangat tinggi dan berlebihan. Jadi secara tidak langsung kapitalisme menyebabkan modernisasi dan kestabilan perekonomian global yang melahirkan konsumerisme.
            Namun apabila dilihat dari keadaan berbeda yang lainnya, sebagai contoh pada negara kita, negara yang sedang berkembang, Indonesia. Konsumerisme lebih diakibatkan implementasi budaya. Maksudnya adalah budaya masyarakat Indonesia telah bergeser sehingga banyak budaya asing yang masuk dan menmpengaruhi pola pemikiran masyarakat. Misalnya saja budaya modernisasi dari negara AS dimana teknologi seluler yang paling banyak digunakan adalah iphone karena dianggap meruaan hasil teknologi terkini. Padahal sebenarnya masyarakat AS menggunakan iphone sebagai sarana dan kebutuhannya tinggal di negara maju seperti AS. Budaya tersebut akhirnya membuat masyrakat Indonesia turut ikut serta dan pada akhirnya dapat melahirkan budaya konsumsi yang tidak dilandasi karena kebutuhan namun keinginan untuk mengikuti kebudayaan barat.
Tingkat konsumsi yang tinggi karena pola pikir dan kebudayaan ini akhirnya mendorong korporasi asing untuk berinvestasi di Indonesia demi pemenuhan kebutuhan konsumerisme masyarakat Indonesia. Sehingga secara garis besar terdapat banyak asumsi mengenai penyebab konsumerisme selain karena sistem ekonomi kapitalis. Hal tersebut bergantung pada keadaan dan kondisi yang terjadi di masing-masing negara.

Simpulan
                Dari hasil pemaparan yang telah disajikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
            Berakhirnya sistem ekonomi non-kapitalis membuka asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi superior yang melahirkan pararelisme antara modernisme dengan ekonomi global yang menyebabkan hadirnya hedonistic consumerism.  Kapitalisme dapat mendorong suatu perubahan yang lebih baik di beberapa aspek. Perubahan positif tersebut dikenal sebagai modernisasi dimana berbagai kemudahan diperoleh dan dapat digunakan oleh masyaraat dalam kehidupannya. Modernisasi yang terjadi berdampak pada kestabilan perekonomian suatu negara dimana kekuatan suatu negara bergantung pada hla krusial ini. Modernisasi yang terjadi juga sekaligus memberikan dampak positif dan negatif. Modernisasi yang ditunjukkan dengan kematangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjerumuskan masyarakatnya ke dalam suatu fenomena konsumtif yang berlebihan atau disebut hedonistic consumerisme. Fenomena ini muncul melalui proses yang panjang dimana apabila dianalisis fenomena ini tidak hanya dapat digunakan sebagai tolak ukur perekonomian suatu bangsa namun juga sebagai identitas dan konsep diri. Karena hedonistic consumerisme itu sendiri dapat menyebabkan status dan kesenjangan sosial serta permasalahan pergeseran implementasi budaya masyarakat di suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA :
Amitai Etzioni. 2004. The Post Affluent Society. Review of Social Economy, Vol Lxii, No. 3, September 2004.
Atmadja, Anantawikrama Tungga dan Nengah Bawa Atmadja. 2010. Shopping Mall: “Sekolah” Membentuk Manusia Berideologi Konsumerisme. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja.
Budi, Octa Tri Setya, dkk. 2013. Globalisasi Ekonomi dan Perkembangan Ekonomi Global. Fakultas Ekonomi. Universitas Muria Kudus.
Giddens. A. 1991. Modernity and Self Identity. Self and Society in The Late Modern Age. Stanford University Press. California
Hamoraon, Haroni Doli. 2004. Analisis Kausalitas dan Konsumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara Medan.
Migone, Andrea. 2004. Hedonistic Consumerism: from Want-Satisfaction to Whim-Satisfaction. GCPE Working Paper 04-05. Department of Political Science, Simon Fraser University.
Matthias Zick Varul. Towards a consumerist critique of capitalism: A socialist defence of consumer culture. Ephemera: Theory and Politics in Organization. Volume 13(2): 293-315.
Nayantaka, Anggita Panji. Konsumerisme di Moskow. Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia.
Necalsurmer, Peter B. The Impact of Consumer Trends on Busines in Russia. The PBN Company

Online Referensi :
dias-pabyantara-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-118856-Dari Internasionalisme ke Globalisasi Isu dan Strategi-Globalisasi dan Konsumerisme: Boxingday di Inggris Sebagai Fenomena Konsumerisme.html


0 komentar:

Post a Comment