ABSTRAK
Tulisan ini adalah merupakan studi isu globalisasi dimana fokus pembahasannya
adalah mengenai analisis analisis pararelisme modernisasi dan hedonistic consumeris. Dalam tulisan ini
akan dijelaskan dan dianalisis bagaimana sistem perekonomian kapitalisme
sebagai sistem perekonomian superior melahirkan pararelisme antara modernisme
dangan ekonomi global yang menyebabkan hadirnya hedonistic consumerisme. Selain itu
juga akan dijelaskan kritik dan pendapat serta asumsi alterbatif yang terkait.
Kata Kunci : Kapitalis,
modernisasi, ekonomi global, hedonistic
consumerisme.
Terdapat suatu asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem
ekonomi superior yang melahirkan pararelisme antara modernisasi dengan ekonomi
global yang menyebabkan hadirnya hedonistic
consumerism. Asumsi tersebut berkembang seiring pasca berakhirnya sistem
ekonomi non-kapitalis yang tergantikan oleh sistem ekonomi kapitalis yaitu
dimana pasar bebas banyak berlaku. Istilah lain dari banyaknya ekonomi pasar
bebas ini dalam taraf tertentu diidentifikasikan sebagai globalisasi ekonomi
atau ekonomi global. Globalisasi ekonomi memandang dunia dalam satu kesatuan dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara dan merupakan suatu
proses kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sistem globalisasi yang erat kaitannya
dengan perdagangan bebas (free trade)
melahirkan suatu sistem ekonomi kapitalis yang dikendalikan oleh pihak-pihak
swasta yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Hadirnya banyak korporasi asing dan perusahaan
multiasional yang berinvestasi di suatu negara merupakan bentuk nyata kapitalisme
global. Kapitalisme ini mendorong meningkatnya modernisasi di segala aspek
kehidupan. Misalnya saja adanya kartu kredit sebagai salah satu modernisasi
alat pembayaran yang memudahkan konsumen untuk melakukan pebayaran. Adanya
modernisasi yang difasiliasi oleh banyak kapitalis ini tidak hanya berdampak
positif, namu juga berdampak negatif. Kecepatan dan kemudahan diperoleh
menyebabkan masyarakat tidak berfikir panjang mengenai hal-hal yang
dionsumsinya. Pada akhirnya hal tersebut akan menyebabkan suatu masyarakat
memiliki sifat konsumerisme atau dalam tingkatan yang lebih tinggi disebut hedonistic consumerism.
Konsumerisme sendiri diidentifikasikan menjadi suatu idiologi dimana menjadikan suatu personal
untuk menjalankan proses konsumsi atau membeli kepemilikan material secara
berlebihan dengan tujuan pemuasaan kebutuhan dan kebahagiaan personal.
Konsumerisme menawarkan kepuasan ego bagi mereka yang dapat memenuhi kemewahan
dan rasa frustasi bagi mereka yang tidak dapat memenuhinya. Hedonistic
consumerism menjadi suatu
permasalahan yang menarik untuk dibahas karena fenomena ini banyak dan hampir
terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang. Selain itu
konsumerisme sendiri juga menyebabkan timbulnya sistem sosial tertentu sehingga
muncul suatu jarak antar masyarakat yang menggambarkan status sosial diantara
mereka. Dalam tulisan ini, akan coba dibahas mengenai pararelisme antara
modernisasi, sebagai akibat dari kapitalisme, dan hedonistic consumerism.
Berakhirnya
Sistem Ekonomi Non Kapitalis
Tidak banyak tulisan mengenai sistem ekonomi non
kapitalis atau sistem ekonomi yang berlaku dan dijalankan sebelum lahirnya
sistem ekonomi kapitalis. Krisis keuangan global telah mengubah peta kekuatan
ekonomi dunia. Kelompok negara yang dikenal sebagai G-7 (Amerika Serikat,
Inggris, Jepang, Perancis, Jerman, Kanada dan Italia) yang selama puluhan tahun
menjadi negara pengendali pergerakan ekonomi dunia telah bergeser. Ada suatu
fakta yang menarik bahwa krisis keuangan global telah mempercepat peta
pergeseran ini. Di samping itu, keadaan juga mulai berubah ketika gelombang
industrialisasi melanda negara- negara Eropa Barat.
Di
dalam masyarakat tradisional tersebut terjadi perubahan, dimana sistem ekonomi
bersekala kecil mulai diguncang oleh adanya industrialisasi sebagai sistem
ekonomi berskala besar. Perkembangan
industrialisasi yang pesat akhirnya menekankan pada kepemilikan modal (kapital)
yang besar sehingga dari sanalah muncul suatu sistem ekonomi baru yaitu
kapitalis. Setelah perang dingin berakhir pada tahun 1980-an, kapitalisme
global mulai berkembang pesat sebagai pengganti dari sistem non kapitalis.
Kapitalisme inilah yang nantinya menjadi latar belakang sekaligus pemicu budaya
konsumerisme. Kapitalisme mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16
hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan
komersial Eropa
dimana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan
tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama
barang modal,
seperti tanah
dan manusia.
Kapitalisme
global sebenarnya merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari kapitalisme
klasik yang telah dikritik oleh Karl Marx.
Kalau dalam kapitalisme klasik ruang lingkup atau jangkauan kekuasaannya hanya
dalam satu negara, maka dalam kapitalisme global dunia seakan tidak mempunyai
sekat-sekat kedaulatan lagi. Kapitalisme yang timbul erat kaitannya dengan perdagangan
bebas dimana dalam sisi perdagangan dan investasi pada masa itu bergerak menuju
liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan.
Kapitalisme dan Modernisasi
Kapitalisme dan modernisasi merupakan dua hal yang
berkaitan satu sama lain. Kapitalisme dapat membentuk modernisasi, begitu juga
sebaliknya. Modernisasi dapat mendorong kapitalisme. Modernisasi
merupakan suatu proses transformasi
dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Dengan kata lain modernisasi adalah suatu proses
perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru dimana pada dasarnya setiap
masyarakat menginginkan suatu perubahan
dari keadaan tertentu ke arah
yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang lebih maju dan teratur. Keinginan akan adanya
perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.
Salah satu ciri dari
modernisasi adalah perkembangan dimana modernisasi cenderung memperluas
jaringan ruang dan lingkupnya yang disebut globalisasi sehingga dapat dikatakan
modernias adalah globalisasi, artinya cenderung meliputi kawasan geografis yang
makin luas dan akhirnya meliputi seluruh dunia. Proses modernisasi tidak
terlepas dari peran serta kapitalisme. Kapitalisme telah mendorong dan
mengharuskan adanya ekspasi ke luar dalam rangka penguasaan pasar dan pasokan
sumber bahan baku dimana penguasaan tersebut bertujuan untuk menjamin keberlangsungan
penumpukan modal negara asalnya.
Penumpukan modal tersebut yang nantinya digunakan dan
diolah sebagai modal untuk pengembangan negara atau untuk proses modernisasi di
berbagai bidang. Setelah Perang Dunia II, dominasi kapitalisme oleh suatu negara
tidak diwujudkan dalam penjajahan fisik tetapi juga non fisik. Di bidang
ekonomi banyak dibentuk lembaga-lembaga ekonomi sebaga pengendali baru
perekonomian negara. Contoh lain di bidang sosial, adalah dilakukannya
rekayasa-rekayasa sosial melalui penyusunan teori sosial dan dalam hal ini
teori yang berhasil dikembangkan adalah teori modernisasi. Teori modernisasi
pada dasarnya merupakan suatu gagasan tentang perubahan sosial yang dalam
perjalanannya telah menjadi sebuah ideologi.
Hubungan sebaliknya antara kapitalisme dan modernisasi
dapat dijelaskan melalui kesetaraan paham kapitalisme dan teori modernisasi. Dalam
konstruksi teori modernisasi, sebenarnya peran negara telah dikurangi seminimal
mungkin dimana hal tersebut sesuai dengan paham kapitalisme yang sangat
meminimalkan peran negara dalam urusan ekonomi. Masyarakat dan negara-negara
berkembang lebih mengutamakan dan mengedepankan peran swasta sehingga
menyebabkan terbukanya peluang bagi negara-negara kapitalis untuk mengembangkan
usahanya di negara berkembang melalui perusahaan-perusahaan multinasional.
Dari kedua hubungan timbal balik tersebut secara garis
besar dapat dikatakan modernisasi atau modernitas merupakan hasil dari kapitalisme
yang bertujuan untuk membentuk masyarakat yang lebih baik lagi atau dapat
dikatakan modernisasi merupakan kemenangan dari kapitalisme. Sedangkan dalam
hubungan sebaliknya modernisasi juga digunakan sebagai sarana kapitalisme. Lalu
bagaimana hubungan antara kapitalisme, modernisasi dan konsumerisme itu
sendiri? Titik akhir atau titik tertinggi dari suatu perkembangan atau
modernitas adalah konsumsi massal dalam tingkatan yang tinggi. Inilah yang
nantinya akan membawa pada hedonistic
consumerism.
Pararelisme
Modernisasi, Ekonomi Global dan Hedonistic Consmerism
Masyarakat
yang hidup di zaman kapitalisme global adalah masyarakat konsumen. Masyarakat konsumen sebenarnya merupakan hasil dari
kapitalisme global dimana menggunakan modernisasi sebagai kedok. Di era
globalisasi ini berbagai tatanan dan erkembangan membawa kemudahan pemenuhan
kebutuhan tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya tidak lepas dari perkemangan
teknologi sebagai pelegitimasi modernisasi dan kapitalis. Kemajuan teknologi
sebagai penanda modernitas dimana secara tidak langsung masyaraat diisyaratkan
untuk menjadi konsumtif agar mencapai puncak perkembangan (modernitas).
Sehingga modernitas sendiri bukan cuman menjadi sarana pendorong budaya
konsumtif namun juga sebagai tujuan dari budaya konsumtif itu sendiri.
Legitimasi oleh ilmu pengetahuan terjadi karena ilmu
pengetahuan itu bersifat netral. Sehingga kemudian menjadi alat pelegitimasi
kepentingan kapitalisme. Akibatnya akal manusia berubah dari akal budi objektif
menjadi instrumentalis yang hanya disetarakan untuk mencapai sesuatu tanpa mempertimbangkan
etika dan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan dianggap rasional sehingga masyarakat
akhirnya mengiyakan dan mudah percaya terhadap promosi produk dengan bungkus
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh pada industri pertanian.
Kemajuan teknologi di bidang pertanian membuat bibit hibrida dan pupuk buatan
mampu berkolaborasi dengan baik dan menjadikan hasil panen lebih melimpah dalam
penggunaannya. Akibatnya, orientasi ekonomi meningkat dan agar keuntungan tetap
terjaga maka pembelian bibit dan puuk harus terus terbeli dan dilaksanakan. Hal
tersebut akhirnya menguntungkan perusahaan dan industri pertanian yang
merupakan betuk dari kapitalisme.
Dari contoh di atas, tingkat konsumsi tinggi karena
produksi yang tinggi. Di sisi lain kapitalisme kokoh karena dilegitimasi oleh
ilmu pengetahuan, idiologi dan teknologi. Kapitalisme bertransformasi dimana
tidak dianggap sebagai ancaman yang menindas dan berusaha mendominasi namun
juga menjadi bagian dari dinamika sosial ekonomi masyarakat modern. Berkembangnya
kapitalisme menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang terarah karena semakin terbuka
luasnya peran serta korporasi asing dalam berinvestasi di suatu negara.
Kapitalisme juga membuat perekonomian suatu negara lebih produtif dan menjadi
hal yang sentra menunjukkan kekuatan suatu negara. Kapitalis juga berperan
untuk menghilangkan eterbatasan masyarakat dalam berekspresi di kegiatan
perekonomian.
Dengan sistem kapitalis, perekonomian tidak lagi dipegang
komandonya mutlak oleh pemerintah. Dan kebebasan inilah, terutama kebebasan di
bedang perekonomian yang menjadi sentra suatu negra, adalah bentuk suatu
modernitas tinggi. Modernisasi sendiri merupakan istilah karena adanya proses
perubahan masyarakat beserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang bersifat
tradisional ke modern. Adanya proses globalisasi yang yang ditandai dengan
munculnya modernitas, membuat kemudahan arus informasi dan komunikasi yang
berpengaruh kepada kemampuan interkoneksi global. Maksudnya adalah saat ini
masyarakat mendapatkan kemudahan menangkap informasi dan melakukan transaksi
sebagai dasar dan pendorong sifat konsumerismenya tanpa terbatasi ruang dan
waktu.
Hilangnya batasan ruang dan waktu ini bisa juga disebut
fenomena time space distanciation. Kemunculan fenomena ini juga merupakan salah satu
ciri dari globalisasi dan merupakan salah satu bentuk nyata moderisasi dimana
sebelumnya proses transaksi untuk keperluan konsumsi hanya bisa dilaksanakan
secara langsung. Dengan adanya fenomena ini pertemuan fisik antara penjual dan
pembeli tidak lagi menjadi elemen signifikan dalam proses transaksi. Hal yang
lebih signifikan bergeser ke arah bagaimana produsen dan penjual mengembangkan networking mereka untuk menarik minat
dan kepercayaan para konsumen atau pembeli sehingga terjadi proses transaksi jual
beli. Perkembangan media komunikasi juga dapat membentuk habit society yang kemudian terkolerasi dengan budaya konsumerisme.
Fenomena ini disebut simulacra. Penayangan
berulang-ulang oleh media pada akhirnya membentuk habit untuk mengkonsumsi
barang. Dan dalam tingkatan berlebihan dapat menimbulkan lifestyle konsumtif atau biasa disebut konsumerisme.
Kedua fenomena tersebut mengarah dan menjadi pendorong
munculnya konsumerisme. Kultur konsumerisme yang dibentuk oleh media melalui simularca ini kemudian difasilitasi oleh globalisasi dan
modernisasi melalui time space
distanciation. Secara sosial dan budaya, konsumerisme timbul karena adanya
problematika sosial dimana terjadi karena masyarakat tidak siap atas perubahan
sosial yang terjadi di lingkungannya. Bagi masyarakat yang belum siap menerima
perubahan-perubahan yang terjadi maka akan timbul goncangan dalam kehidupan
sosial dan budaya yang mengakibatkan seseorang individu menjad tertinggal atau
frustasi. Kondisi demikian dapat menimbulkan suatu keadaan dan tidak serasi
dalam kehidupan.
Misalnya di era globalisasi ini unsur-unsur budaya asing
seperti pola pergaulan hedonis (memuja kemewahan), pola hidup konsumtif
berlebih sudah menjadi pola pergaulan dan gaya hidup baru. Masyarakat kini
membeli barang bukan dikarenakan ia membutuhkan barang tersebut tetapi dikarenakan
tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan bagi dirinya. Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang
menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih kearah keinginan dan budaya
atau mode yang sedang berkembang. Proses konsumsi dari masyarakat sekarang ini
tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta
budaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Adanya konsumerisme juga menyebabkan
timbulnya sistem sosial tertentu sehingga muncul suatu jarak antar masyarakat
yang menggambarkan status sosial diantara mereka. Keingian untuk mendapatkan
status sosial yang tinggi menjadikan masyarakat berlomba-lomba meningkatkan
sifat konsumerismenya. Hal tersebut akhirnya dimanfatkan korporasi untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya melalui pemenuhan konsumerisme.
Konsumerisme menguntukan para pemilik modal
dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi obyek. Konsumerisme digunakan sebagai
identitas diri masyarakat dimana barang, jasa maupun produk digunakan untuk
membangun dan mengekspresikan identitas diri.
Dalam hal ini konsumsi juga digunakan sebagai sarana informasi untuk
mengkomunikasikan berbaga hal termasuk golongan sosial.
Kritik dan Asumsi Alternatif
Kapitalis sebagai sistem ekonomi superior memang terbukti
membawa banyak pengaruh dalam perkembangan berbagai fenomena, terutama
konsumerisme. Dampak yang ditimbulkan memang tidak terjadi secara langusng.
Lahirnya kapitalisme sejalan dengan berkembangnya modernisasi dimana akan
berpararelisasi terhadap hedonistic
consumerism. Perkembangan kapitalis membuat para pemilik modal dan investor
asing mendapatkan kesempatan untuk menguasai sistem ekonomi suatu negara dan
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Perkembangan kapitalis ini juga
mencitaptakan modernisasi karena berkat banyaknya inovasi dari
produksi-produksi yang dikejar kapitalis, maka berbagai pemenuhan aspek
kehidupan menjadi lebih mudah. Perkembangan modernisasi ini yang didukung
kapitalisme dan globalisasi akhirnya mengakibatkan merebaknya fenomena
konsumerisme.
Konsumsi yang tinggi dan berlebihan akhirnya membawa pada
fenomena hedonistic consumerim dimana
fenomena ini juga merupakan bentuk dari modernisasi. Sehingga muncullah suatu
asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi
superior yang melahirkan pararelisme antara modernisme dengan ekonomi global
yang menyebabkan hadirnya hedonistic
consumerism.
Jika dianalisis lebih jauh, keterkaitan ini nantinya akan berujung kembali
kepada kapitalis dilihat dari banyaknya keuntungan yang didapat. Sehingga pada
intinya, dari kapitalis berakhir pada keuntungan kapitalis itu sendiri. Konsumerime
hanya digunakan sebagai tolak ukur dan titik akhir perkembangan (modernitas).
Mengenai asumsi
alternatifnya, dalam beberapa case,
konsumerisme tidak hanya mutlak berasal dari sistem perekonomian kapitalis.
Dibeberapa negara maju mungkin sistem ekonomi kapitalis ini membantu kestabilan
perekonomian global di suatu negara meningkat. Di negara-negara maju seperti
Rusia misalnya. Dengan sistem ini, perekonomian global di Rusia mengalami
kestabilan sehingga pendapatan rata-rata penduduknya lebih tinggi dibandingkan
dengan negara-negara tetangganya. Hal tersebut akhirnya menjadikan masyrakat
Rusia memiliki keinginan lebih untuk membelanjakan pendapatannya ditunjang
dengan terfasilitasinya proses jual beli yang lebih mudah menjadikan masyarakat
Rusia memiliki tingkat konsumsi yang sangat tinggi dan berlebihan. Jadi secara
tidak langsung kapitalisme menyebabkan modernisasi dan kestabilan perekonomian
global yang melahirkan konsumerisme.
Namun apabila dilihat dari
keadaan berbeda yang lainnya, sebagai contoh pada negara kita, negara yang
sedang berkembang, Indonesia. Konsumerisme lebih diakibatkan implementasi
budaya. Maksudnya adalah budaya masyarakat Indonesia telah bergeser sehingga
banyak budaya asing yang masuk dan menmpengaruhi pola pemikiran masyarakat. Misalnya
saja budaya modernisasi dari negara AS dimana teknologi seluler yang paling
banyak digunakan adalah iphone karena dianggap meruaan hasil teknologi terkini.
Padahal sebenarnya masyarakat AS menggunakan iphone sebagai sarana dan
kebutuhannya tinggal di negara maju seperti AS. Budaya tersebut akhirnya
membuat masyrakat Indonesia turut ikut serta dan pada akhirnya dapat melahirkan
budaya konsumsi yang tidak dilandasi karena kebutuhan namun keinginan untuk
mengikuti kebudayaan barat.
Tingkat konsumsi yang tinggi karena pola pikir dan
kebudayaan ini akhirnya mendorong korporasi asing untuk berinvestasi di
Indonesia demi pemenuhan kebutuhan konsumerisme masyarakat Indonesia. Sehingga
secara garis besar terdapat banyak asumsi mengenai penyebab konsumerisme selain
karena sistem ekonomi kapitalis. Hal tersebut bergantung pada keadaan dan
kondisi yang terjadi di masing-masing negara.
Simpulan
Dari hasil pemaparan yang telah disajikan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Berakhirnya
sistem ekonomi non-kapitalis membuka asumsi bahwa kapitalisme merupakan sistem
ekonomi superior yang melahirkan pararelisme antara modernisme dengan ekonomi
global yang menyebabkan hadirnya hedonistic
consumerism. Kapitalisme dapat mendorong suatu perubahan
yang lebih baik di beberapa aspek. Perubahan positif tersebut dikenal sebagai modernisasi
dimana berbagai kemudahan diperoleh dan dapat digunakan oleh masyaraat dalam
kehidupannya. Modernisasi yang terjadi berdampak pada kestabilan perekonomian
suatu negara dimana kekuatan suatu negara bergantung pada hla krusial ini.
Modernisasi yang terjadi juga sekaligus memberikan dampak positif dan negatif.
Modernisasi yang ditunjukkan dengan kematangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat menjerumuskan masyarakatnya ke dalam suatu fenomena konsumtif yang
berlebihan atau disebut hedonistic
consumerisme. Fenomena ini muncul melalui proses yang panjang dimana
apabila dianalisis fenomena ini tidak hanya dapat digunakan sebagai tolak ukur
perekonomian suatu bangsa namun juga sebagai identitas dan konsep diri. Karena hedonistic consumerisme itu sendiri
dapat menyebabkan status dan kesenjangan sosial serta permasalahan pergeseran
implementasi budaya masyarakat di suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA :
Amitai Etzioni.
2004. The Post Affluent Society. Review
of Social Economy, Vol Lxii, No. 3, September 2004.
Atmadja, Anantawikrama
Tungga dan Nengah Bawa Atmadja. 2010. Shopping
Mall: “Sekolah” Membentuk Manusia Berideologi Konsumerisme. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran. Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja.
Budi, Octa Tri Setya, dkk.
2013. Globalisasi Ekonomi dan
Perkembangan Ekonomi Global. Fakultas Ekonomi. Universitas Muria Kudus.
Giddens. A. 1991. Modernity and
Self Identity. Self and Society in The Late Modern Age. Stanford University
Press. California
Hamoraon, Haroni
Doli. 2004. Analisis Kausalitas dan
Konsumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Program Pascasarjana.
Universitas Sumatera Utara Medan.
Migone, Andrea.
2004. Hedonistic Consumerism: from Want-Satisfaction
to Whim-Satisfaction. GCPE Working Paper 04-05. Department of Political
Science, Simon Fraser University.
Matthias Zick Varul. Towards a consumerist critique of capitalism: A socialist defence of
consumer culture. Ephemera: Theory and
Politics in Organization. Volume 13(2): 293-315.
Nayantaka, Anggita
Panji. Konsumerisme di Moskow.
Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia.
Necalsurmer, Peter B. The
Impact of Consumer Trends on Busines in Russia. The PBN Company
Online Referensi :
dias-pabyantara-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-118856-Dari
Internasionalisme ke Globalisasi Isu dan Strategi-Globalisasi dan Konsumerisme:
Boxingday di Inggris Sebagai Fenomena Konsumerisme.html
0 komentar:
Post a Comment