Dalam pemahaman mengenai studi organisasi bisnis
internasional, Internasional Non
Governmental Organization atau INGO merupakan salah satu subyek yang
menarik untuk dikaji. Tidak hanya dalam ranah aplikasi dan implementasinya
dalam tatanan hubungan internasional namun juga kondisi intern organisasi seperti struktur pengorganisasian. Berbeda dengan
organisasi internasional yang memiliki sistem pngorganisasian atau struktur
organisasi yang baku, INGO justru sebaliknya yaitu tidak memiliki susunan yang
resmi. Kebanyakan INGO bekerja dengan berdasarkan kebutuhan atau based on need dimana mereka memiliki
orientasi yang berbeda-beda sesuai dengan key
issue yang mereka tangani. Selain itu beberapa INGO juga memiliki level operation yang berbeda-beda
sehingga dengan beragamnya klasifikasi yang mereka miliki, INGO memiliki sifat
yang sangat berbeda dengan IGO. INGO lebih bersifat independence dan tidak menggantungkan diri pada state (not rely on any state).[1] Salah
satu INGO yang bisa kita amati pengorganisasiannya adalah Greenpeace (GP).
Greenpeace merupakan salah satu organisasi internasional yang memiliki fokus
terhadap lingkungan global dan environment
dimana memiliki kantor cabang lebih dari 40 negara dengan kantor pusat di
Amestredam, Belanda. Di dalam paper ini akan coba dijelaskan mengenai bagaimana
GP beroperasi dan bagaimana struktur organisasi ataupun pengorganisasian dalam
GP. Untuk lebih memperdalam, akan diambil studi kasus GP di Spanyol dimana pada
tahun 2004 hingga 2012 GP sempat mengalami perubahan tujuan mengenai konsep campaign power menjadi people power. Thesis statement atau
argumen yang dipakai adalah bahwa GP Spain bekerja sesuai dengan kebutuhan
global dimana perubahan tujuan organisasi akan membuat perubahan sistem
pengorganisasian.
Greenpeace
Spain : How does it Work?
Geenpeace (GP) pada mulanya adalah
merupakan lembaga swadaya masyarakat berbasis environmental yang didirikan di Vancouver, British Columbia, Kanada
pada 1971.[2] Pada awalnya
hanya bertujuan untuk menghentikan percobaan nuklir yang dilakukan pemerintah
Amerika Serikat di Alaska dimana aksi
yang digalakkan berupa aksi langsung tanpa kekerasan dan konfrontasi. Nama
Greenpeace diadaptasi pasca penghentian aksi aktivis pertama dimana nama awal
organisasi ini adalah Don’t Make A Wave
Commitee. Kini GP telah memiliki kantor cabang lebih dari 40 negara
termasuk Indonesia dan Spanyol dimana fokus tujuan mereka sudah banyak
berkembang seperti penghentian berbagai perusakan lingkungan misalnya saja
pengujian nuklir, penangkapan ikan, deforestasi dan sebagainya.[3]
Jika ditannya mengenai struktur organisasi,
GP internasional tetap berbasis di Belanda sebagai negara awal pendiri dengan
28 cabang regional di 45 negara yang bekerja secara otonom di bawah pengawasan
GP internasional. Untuk GP Spain sendiri bermarkas di 107 San Bernardo 128015
Madrid.[4] Pelaksanaan
operasional dan organisasional secara garis besar sama seperti di negara-negara
lain dimana di tiap aktivitasnya diawasi dan ditinjau pelaporannya oleh GP
internasional. Walaupun demikian, GP Spain tidak memiliki line of organization dengan GP di negara-negara lain ataupun dengan
GP intrenasional secara khusus. GP Spain mengandalkan network untuk menghubungkan bagaimana line of command yang dapat menghubungkan GP Spain dari konteks
lokal ke global. Network dapat menghubungkan
kinerja antar cabang GP sehingga memperpendek sosial space dan global space
sehingga dapat bekerja sama menangani isu-isu secara bersamaan bahkan menangani
isu-isu lintas batas (lintas isu).[5]
Menurut formasi organisasionalnya, GP
Spain memiliki struktur sesuai conventional
headquarter dimana memiliki sub unit
structure namun polanya tidak struktural dalam arti formasi
organisasionalnya utamanya tergambar dengan adanya exeutive director sebagai pusat kepemimpinan dengan empat sub unit
bagian yaitu finance department, fundrising department,
communication department, campaign department. Struktur utama tersebut
kemudian nantinya diadaptasi dan ditambah sesuai dengan program ataupun
kebutuhan menurut tujuan yang sedang atau ingin dicapai. Hal tersebut sesuai
dengan ciri dari pada format struktur organisasional INGO dimana bersifat tidak
baku, based on need dan tidak ada
persyaratan adanya kepemimpian (no
requirement of head).[6]
GP Mobilization : Push Campaign Power to People and
its Impact to Organization
Ada satu hal menarik yang dapat kita gali melalui program
yang sedang digalakkan GP Spain. GP Spain sebagai organisasi advokasi tidak
hanya selalu terfokokus ke dalam masalah kekuatan kampanye (campaign power)
untuk mengutarakan maksud dan tujuannya. GP Spain menginginkan perubahan ke
arah yang lebih baik, lebih menyeluruh dan bersifat terjun langsung ke lapangan
atau strategi keterlibatan langsung. Untuk itulah GP Spain menggalakkan
mobilisasi pada tahun 2004 untuk mengubah konsep utamanya yang awalnya hanya
terfokus ke arah campaign power bergeser ke arah people power yaitu
bagaimana memberdayakan orang untuk self-organize yang nantinya berguna
bagi keberlanjutan masyarakat di semua level.
Perubahan tujuan tersebut sekaligus berdampak pada
perubahan struktur organisasinya. GP Spain melakukan dengan mengubah kinerja
para staffnya dengan membentuk suatu departemen khusus yang bernama Departemen
Partisipasi (Participation Department) dengan dikepalai oleh director
dan dibantu oleh assistant. Di dalamnya lagi, terdapat 3 sub bidang
yaitu volunteers, actions dan enviromental education.[7]
Bersama, mereka membangun hubungan dengan orang-orang secara langsung maupun
secara online. Untuk lebih jelasnya, bagan gambar struktur dapat dilihat
melalui gambar di bawah.
Struktur ini digunakan hingga periode tahun 2010 dimana
di dalamnya banyak tantangan yang dialami GP Spain. Tantangan-tantangan
tersebut diantaranya adalah permasalahan multiple database. Semakin
banyak pastispator dalam suatu organisasi, maka database akan semakin tumbuh
besar dan rumit karena memang terdapat lebih banyak orang yang terlibat. Hal
tersebut berpengaruh terhadap penyatuan kinerja dan penyamaan matriks tujuan.
Untuk mengatasi tantangan awal tersebut, digunakan sistem komunikasi online
yang diharapkan dapat mempermudah pengorganisasian database. Ternyata pada
kenyataannya, timbul tantangan baru yaitu dengan sistem online yaitu
transparansi menjadi menurun.[8]
Akibatnya untuk kesekian kalinya, pengorganisasian dalam
GP Spain diubah. Pada awal tahun 2010, tim
education diubah menjadi tim mobilization dimana di dalamnya
teradapat koordinator online
mobilization. Kemudian GP Spain juga mendirikan tiga tim lintas departemen
dimana masing-masing memiliki anggota 3-4 orang dari fundrising, communication, dan participation
department. Tim lntas departemen atau cross department teams ini bertujuan
utama untuk meningkatkan penguatan jaringan sosial (social network),
database dan martiks yang ada dalam organisasi. Struktur ini digunakan hingga
tahun 2011 dan secara jelas dapat dilihat melalui gambar di bawah.
Kemudian hingga awal tahun 2012, cross departement team
tersebut akhirnya dikukuhan dan digabungkan menjadi online group dimana
lebih terfokus untuk terus meningkatkan kolaborasi dan fokus terhadap isu antar
organisasi. Skema lebih jelas dapat dilihat melalui gambar di bawah.
Ketiga
skema di atas menggambarkan perubahan struktur pengorganisasian yang dilakukan
oleh INGO GP Spain dengan sangat mudahnya. GP Spain langsung menambah atau
mengubah struktur orgaisasi untuk menyesuaikan dengan tujuan, visi dan misi
mereka. Secara garis besar, struktur organisasi tersebut disusun berdasarkan
apa yang memang dibutuhkan (based on need).[9] Selain itu
perubahan tersebut juga dimaksudkan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada
di lapangan. GP Spain bermasil mengubah konsep campaign power menjadi people
power dengan memaksimalkan kinerja staffnya yaitu dengan cara perombakan
departemen dan pengorganisasian.
Conclusion
Organization of INGOs
membahas mengenai pentingnya pengorganisasian dalam INGOs. INGOs tidak memiliki
susunan pengorganisasian yang baku sama seperti internasional organisasi.
Struktur organisasi INGOs berdasarkan orientasi key issue tertentu dimana didasakan pada kebutuhan atau based on need. GP Spain merupakan salah
satu contoh INGO yang merubah struktur pengorganisasian seimbang dengan
perubahan tujuan yang akan dicapai. GP Spain merubah konsep awal campaign power menjadi people power. Cara yang digunakan adalah
merubah pengorganisasian dengan menambah dan merombak departemen. Participation Departement dibentuk untuk
menerapkan strategi keterlibatan langsung.Untuk meningkatkan kolaborasi antar
organisasi juga dibentuk Cross
Departement dan Online Group.
Ketiga bentuk perubahan tersebut menunjukkan bahwa struktur organisasi dalam
INGOs memang bersifat fleksibel, tidak baku dan memiliki format yang spesial.
Walaupun demikian, mereka tetap memiliki line
of command sehingga masih tetap dapat berinteraksi dan berhubungan satu
sama lain melalui jaringan network
yang mengglobal.
Referensi :
[[1]] Kuliah Organisasi dan Bisnis
Internasional pada 11 November 2015 dengan pengampu Ibu Baiq Wardhani MA. Ph.D
dan Bapak Vinsensio Dugiis Ph.D.
[3] http://www.greenpeace.org/international/en/ situs resmi,
diakses secara online pada 18 November 2015.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] http://www.mobilisationlab.org/greenpeace-spain-integrates-data-and-mobilisation-to-push-campaign-power-to-people/#.VktTB0p82bE diakses secara
online pada 18 November 2015.
[8] Ibid.
[9] Katz, Hagai
& Helmut Anheier.
2006. Global Connectedness: the Structure of Transnational
NGO Networks, Global
Civil Society
2005/2006,
Oxford: Oxford University Press, pp. 240-265.
[1] Kuliah Organisasi dan
Bisnis Internasional pada 11 November 2015 dengan pengampu Ibu Baiq Wardhani
MA. Ph.D dan Bapak Vinsensio Dugiis Ph.D.
[3] http://www.greenpeace.org/international/en/ situs resmi, diakses secara online pada 18
November 2015.
[7] http://www.mobilisationlab.org/greenpeace-spain-integrates-data-and-mobilisation-to-push-campaign-power-to-people/#.VktTB0p82bE diakses secara online pada 18 November 2015.
[9] Katz, Hagai &
Helmut Anheier. 2006.
Global Connectedness: the Structure of Transnational
NGO Networks, Global
Civil Society
2005/2006,
Oxford: Oxford University Press, pp. 240-265