Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU
Tanggal : 21 November 2014
Guru besar FT-UGM, Sudaryono menulis sebuah opini di koran kompas
tanggal 6 November 2014 berjudul Trilogi Ristek Dikti-Industri. Di dalam
tulisannya tersebut beliau menjelaskan tentang hubungan perkembangan riset dan
teknologi serta perguruan tinggi yang disatupadukan sehingga menimbulkan
kemungkinan-kemungkinan yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya.
Kemungkinan-kemungkinan yang dimaksud adalah bagaiman peran ristek mempengaruhi
pendidikan tinggi (dikti) di Indonesia. Terdapat dua kemungkinan dasar. Di
dalam kemungkinan pertama dijelaskan bahwa ristek digunakan sebagai dasar dan
pemandu perguruan tinggi. Implikasi yang dirasakan, riset akan membawa pengaruh
lebih besar daripada teori dalam pembelajaran. Pandangan tersebut disebut juga
paradigma deduktif. Paradigma ini mengajak mahasiswa untuk berani membangun
pemikirannya melalui riset. Perguruan tinggi yang meletakkan riset sebagai
ujung tombak akan mambangun mata kuliah berbasis riset dan urutan Tri Dharma
Perguruan Tinggi menjadi: (1) Penelitian dan Pengembangan (2) Pendidikan dan
Pengajaran (3) Pengabdian kepada Masyarakat.
Sedangkan kemungkinan yang kedua adalah pemikiran yang dibangun oleh
Perguruan Tinggi diharapkan dapat diimplikasikan lebih jauh dan lebih inofatif.
Selain itu juga dapat membawa implikasi pada penguatan tentang apa yang sudah
ada. Kemungkinan yang kedua ini meletakkan riset di dalam digit kedua Tri
Dharma Perguruan Tinggi sehingga urutannya menjadi: (1) Pendidikan dan
Pengajaran (2) Penelitian dan Pengembangan (3) Pengabdian kepada Masyarakat. Pandangan
seperti ini disebut paradigma deduktif dimana pendidikan dan pengajaran
digunakan sebagai kegiatan utama untuk mendukung riset. Tipologi kedua inilah
yang banyak digunakan kelompok perguruan tinggi di Indonesia sejak awal
Republik Indonesia.
Kemungkinan ketiga berada di luar dua kemungkinan dasar di atas dimana
kemungkinan yang bisa terjadi adalah Indonesia membuat penyesuaian mengenai
bidang-bidang keilmuan dan kebutuhan lapangan. Hal tersebut disebut ‘Piramida
Bidang Keilmuan’. Penyesuaian yang dimaksud adalah memangkas lulusan bidang
keilmuan yang sudah berlebihan ataupun menambahkan lulusan suatu bidang
keilmuan disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari
unsur ketiga yang perlu untuk dimaksukkan yaitu Industri. Industri-Industri di
Indonesia dijadikan muara akhir karya ristek dan dikti. Artinya riset dan dikti
diarahkan kepada produk-produk industri. Pandangan ini disebut paradigma tengah
atau pragmatis. Perguruan Tinggi diorientasikan pada industri sehingga urutan
Tri Darmanya menjadi: (1) Pengabdian kepada Masyarakat (2) Penelitian dan
Pengembangan (3) Pendidikan dan Pengajaran.
Kemungkinan keempat adalah ketika ketiga kemungkinan di atas secara
keseluruhan dapat terjadi sehingga praktik penyelenggaraan di Indonesia
memiliki tiga Tipologi. Pada Intinya, Tipologi pertama adalah perguruan tinggi
yang meletakkan yang meletakkan riset sebagai dasar peyelenggaraan pendidikan.
Tipologi kedua menjadikan riset sebagai pendukung pendidikan dan pengajaran.
Dan Tipologi ketiga yaitu perguran tinggi yang mengembangkan diri dengan
berorientasi pada industri. Ketiga tipologi tersebut dapat dijadikan tipologi
perguruan tinggi nasional dengan peran negara sebagai pemberi tugas kepada
kelompok-kelompok perguruan tinggi tertentu sehingga implikasi nyata mengenai
perubahan struktural sistem penyelenggaraan perguruan tinggi sehingga dapat
membawa keuntungan seperti: perkembangan dan pengembangan ilmu yang sampai saat
ini sudah berjalan dapat dipelihara, agenda-agenda serta jaringan-jaringan
riset yang sudah berkembang sampai saat ini tetap dapat dipelihara dan
dikembangkan dan keuntungan yang terpenting adalah perubahan ke arah Indonesia
menjadi negara ‘swasembada industri’ dan ‘swadaya indusri’ melalui perubahan
penyelenggaraan dan format baru kelembagaan pendidikan tinggi dapat
direalisasikan.
0 komentar:
Post a Comment