My Beloved Family

My Beloved Family
"The love of a family is life's greatest blessing" -anonim-

Friday, July 31

Diaspora: Brain Drain or Brain Gain? - Studi Kasus Diaspora Cina



Mata Kuliah    : DARI INTERNASIONALISME KE GLOBALISASI ISU DAN 
                          STRATEGI  
Tanggal           : 26 November 2014   


            Cina merupakan salah satu dari 10 negara dengan dengan jumlah penduduk terbayak di dunia. Ditunjang dengan adanya globalisasi, mendorong dan menyediakan peluang bagi sekelompok orang Cina untuk melakukan perpindahan atau migrasi dari suatu wilayah ke wilayah yang lain dengan melampaui batas nasional dan geografis hingga mengglobal. Seperti yang dikemukakan oleh Van Hear (1998), salah satu dari hasil proses globalisasi adalah meningkatnya interkoneksi dan kontak atau diaspora. Kemajuan di bidang teknologi, misalnya di bidang transportasi menjadi salah satu faktor yang mempermudah terjadinya migrasi. Kelompok orang yang keluar dari negara asalnya tersebut dan tersebar di wilayah baru membentuk kelompok internasional yang disebut dispora. Adanya pergerakan masyarakat membentuk mobilitas baru dengan civilization of clashes  dan strunggles  diantara masyarakat (Appadurai, 2006 dalam Owen, 2011: 1). Hubungan saling mempengaruhi antara lokal dan global yang tinggi tersebut  kemudian mendorong terbentukknya ruang transnasional dan budaya diaspora.
            Banyak faktor yang menyebabkan adanya diaspora, mencakup karena adanya tuntutan kondisi keterpaksaan, misalnya terjadi konflik etnis, perang saudara atau bencana alam yang menjadikan exodus besar-besaran. Kelompok yang terpaksa keluar dari wilayah homenya tersebut dapat dikatakan dengan istilah involuntary relocating people (Van Hear, 1998: 232). Faktor lain penyebab diaspora mencakup karena adanya keinginan yang memang sengaja untuk dikehendaki individu misalnya untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pada awalnya perpindahan ini, tidak menimbulkan masalah bagi negara home karena perpindahan keterpaksaan dikategorikan sebagai pengungsi dan mendapatkan perlindungan hukum juga dari negara host. Namun masalah mulai timbul ketika kelompok imigran tersebut, yang berdiaspora karena faktor keterpaksaan maupun keingan pribadi, memilih untuk tinggal dalam jangka waktu lama karena dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi di negara home maupun host nya. Negara Cina menjadikan kaum diapora untuk berperan dalam membangun negaranya, termasuk di bidang ekonomi. Dampak-dampak tersebut termasuk ke dalam wilayah negara asal (home) maupun wilayah baru yang ditempati (host). Di dalam tulisan ini akan coba dibahas bagaimanakah persoalan diaspora Cina menjadi isu krusial dalam hubungan internasional dan bagaimanakah globalisasi mempengaruhi perkembangannya? Selain itu juga akan dijelaskan mengenai dampaknya secara ekonomi sehingga nantinya akan menjawab apakah diaspora Cina ini termasuk ke dalam Brain Drain atau Brain Gain?

Konsep dan Sejarah Diaspora Cina
            Asal usul pergerakan diaporik dapat ditemui dalam sejarah peradaban klasik jauh sebelum dimulainya era kolonialisme barat. Menurut Levi dan Swadenbergh (1991) dalam Arie Setyaningrum (2004) diaspora merupakan suatu migrasi secara massif kelompok-kelompok orang kulit berwarna (non kulit putih/eropa) ke ‘jantung pusat eropa’ selama dan sesudah kolonialisme barat. Sementara itu menurut Wang Gung Wu di dalam buku China and the Chinese Overseas (1997), sejarah diaspora Cina memiliki setidaknya empat pola migrasi yakni: sebagai kuli (Huagong), Pedagang (Huangshang), Perantauan (Huaqio) dan keturunan perantauan Cina yang bermigrasi ke tempat yang lainnya (Huayi).
Terdapat berbagai karakter dan sejarah dalam empat pola migrasi di atas. Pola migrasi kuli muncul akibat dihapuskannya perbudakan di barat. Migrasi pedagang merujuk dan dilaksanakan sekelompok etnis Cina yang berprofesi sebagai pedangan dan memiliki keahlian tertentu mendiami wilayah pelabuhan dan pusat perdagangan. Migrasi perantauan berlangsung dan dilaksanakan oleh kelompok dengan berbagai profesi yang banyak berlangsung tahun 1900-1911 sebagai akibat dari pergerakan nasionalisme yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Sun Yat Sen. Sedangkan pola migrasi keempat dilaksanakan keturunan etnis Cina yang sudah lama menetap lama di suatu wilayah dan melakukan migrasi ke tempat yang lainnya.
            Sebagai upaya untuk dapat bertahan baik secara fisik maupun psikologis, kelompok perantauan etnis Cina ini berupaya mempertahankan bahasa, mempraktekkan ritual kebudayaan mereka dalam komunitas terbatas di wilayah tertentu hingga sampai terbentuk wilayah Chinatown. Dalam melaksanakan bisnis di bidang ekonomi, kelompok ini juga melandaskan dan menggunakan norma-norma Cina dalam bernegosiasi maupun mengelola perkembangan bisnis. Sementara mereka juga mulai menerima bahasa dan norma-norma sosial setempat. Menurut Wang Gung Wu, disinilah terjadi asimilasi budaya antara sense sebagai orang Cina dan nilai-nili yang dianut masarakat setempat (khususnya Barat). Berbagai alasan dan peyebab menjadi motivasi kelompok etnis Cina ini melakukan migrasi. Diataranya tidak stabilnya kondisi sosial dan politik hingga berakibat timbunya penderitaan karena keterbatasan kondisi geografis maupun sumber daya alam.
Diaspora cina berakar pada kondisi fisik yang turut mempengaruhi pembentukan nilai-nilai budaya. Kondisi geografis wilayah Cina yang tidak stabil (pegunungan dan kurang suburnya tanah) menyebabkan kemiskinan dan mendorong mereka untuk meninggalkan tanah kelahiran dan membangn harapan di tanah yang baru. Sedangkan dari sisi historis, karakterisik pergerakan diasporik Cina pada awalnya berlangsung pada abad 3 Masehi hingga abad ke 18 (Wu, 1991). Sejak akhir abad ke 19 hingga awal abad ke 20, migrasi Cina lebih dikarenakan pembukaan wilayah-wilayah kolonial Barat serta kekacauan politk di daratan Cina.

Timbulnya Kapitalisme Global dan Dampaknya di Bidang Ekonomi
            Adanya diaspora Cina merupakan awal lahirnya trans-nasionalisme Cina modern yang berakar dari konteks kolonialisme barat di Asia. Trans-nasionalisme Cina modern berkembang pesat mengikuti strategi dan networking yang diperoleh melalui kapitalisme global. Globalisasi berdampak secara nyata terhadap national state, pembentukan identitas kultural dan etnis, transformasi pertumbuhan kelas pada etnis perantauan Cina itu sendiri. Terdapat dua elemen kapitalisme yang menodorong berkembangnya aktivias ekonomi etnis dispora Cina. Elemen kapitalisme ini berkaitan dengan trans-nasionalisme Cina yakni strategi memperluas jaringan (the strategy of expanding network) dimana terjalin hubungan jaringan bisnis dan kekerabatan antara kelompok diaspora Cina di luar negeri dengan kerabat mereka di daratan Cina. Elemen kedua adalah peluang yang diciptakan oleh kapitalisme global (opportunities created by the global capitalism) meliputi kepentingan-kepentingan terhadap keuntungan ekonomi pada pasar global mendorong berbagai rezim pemerintahan menawarkan status politik bagi kelompok perantauan Cina untuk mendorong berkembangnya ekonomi kelompok diapora Cina.
            Pasar dan produksi ekonomi global yang berkembang pesat telah menciptakan arus kapital dimana dimanfaatka kelompok diaspora Cina dengan menyesuaikan kondisi budaya yang ada untuk mengambil keuntungan dengan menggunakan strategi kekerabatan. Pertama dengan cara relokasi atau penyebaran anggota keluarga mereka dengan cara membangun perusahaan keluarga yang menggunakan konsep relasi kekerabatan dimana suatu perusahaan didominasi pengelolaannya dari keturunan Cina. Bisnis semacam ini terbentuk melalui proses berbagi suatu budaya yang dimiliki bersama serta bekerja dalam jaringan hubungan kewirausahaan yang disebut The Chineses Commonweath (Persemakmuran Cina). Cara yang kedua dengan memanfaatkan jaringan Guanxi di daratan Cina dimana jaringan ini mensuplai produksi barang untuk diekspor ke negara-negara tempat para pengusaha etnis perantauan Cina ini tinggal. Dengan adanya jaringan ini dapat diidentifikasi kebutuhan pasar global dan melibatkan berbagai inovasi teknologi canggih.
            Kewarganegaraan (citizenship) menjadi salah satu isu penting menyangkut meluasnya pasar global akibat globalisasi. Pertumbuhan kapitalisme Cina  didukung oleh norma-norma yang mengutamakan kesejahteraan keluarga dimana etika semacam ini disebut utiitarian familialism yaitu nilai-nilai keluarga yang bersifat utilitarian yang memprioritaskan kepentingan keluarga di atas yang lain. Proses pencampuran antara kepetingan ekonomi dan budaya ini telah melahirkan suatu fenomena yang disebut sebagai The Third Culture yang mengacu dari produk-produk globalisasi yang muncul dari proses trans-nasional baru. Meskipun diaspora Cina umumnya dianggap sukses karena mampu meningkatkan taraf ekonomi bagi individu maupun negara home  serta  host namun terdapat banyak kendala di dalamnya, terutama kendala kultural, seperti tekanan dan perlakuan diskrimitatif sekaligus digunakan sebagai alat oleh pemerintah dalam mengembangkan aktivitas ekonomi.

Diaspora Cina : Brain Drain atau Brain Grain?
            Diaspora Cina ini sebenarnya menyebabkan keuntungan mutualisme atara dua negara yaitu negara house dan host karena diaspora ini sendiri dapat menjadi sponsor bagi kedua negara dengan mengedepankan trading network yang dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan berujung pada perkembangan ekonomi. Keberhasilan diaspora berkorelasi langsung dengan jenis tenaga migran dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan kedua negara. Fenomena Brain Drain akan terjadi jika pepindahan oleh migrasi skilled labor sehingga menyebabkan negara house tidak dapat melaksanakan kegiatan pembangunan dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang berpotensi. Namun apabila negara mampu menangani permasalahan Brain Drain dan memberdayakan realitas yang ada maka hal positif akan didapatkan.
Pemerintah Cina memberikan kebebasan dan tidak melarang para skilled untuk bermigrasi. Mereka juga memberikan wadah dan dukungan dalam bentuk adanya berbagai rezim pemerintahan untuk mendukung diapora di bidang politik maupun ekonomi. Dari sini negara Cina juga memperoleh keuntungan berupa dukungan meningkatnya relasi ekonomi dan diplomatik intens karena negara host merasa negara Cina berjasa karena memberikan tenaga profesionalnya ke negara mereka. Sebagai gantinya negara house memberikan bantuan untuk lebh meningkatkan sumber daya manusia di negara Cina itu sendiri. Selain itu Cina juga memperoleh keuntungan dengan makin menglobalnya kebudayaan dan etnis negaranya sehingga berdampak positif bagi hubungan internasional Cina dengan negara lain. Fenomena yang berdampak positif inilah yang disebut dengan Brain Gain.

Kesimpulan
            Globalisasi menyebabkan perubahan dinamika di berbagai aspek salah satunya perubahan dinamika sosial dan masyarakat hingga muncul suatu fenomena perpindahan masyarakat dari wilayah yang satu ke wilayah lain melewati lintas batas geografis dan global yang disebut diaspora. Globalisasi bukan cuma sebagai penyebab dan faktor pendorong, namun juga sebagai pendukung maraknya diaspora. Diaspora di Cina dapat dikatakan sukses karena mereka berhasil menempatkan diri dengan berbagai strategi untuk dapat bertahan dengan baik di wilayah baru sehingga dapat menguntungkan tidak hanya bagi individu namun juga bagi negara asal maupun negara yang di tempati dilihat dari perkembangan ekonomi. Walaupun sebagai kaum minoritas, mereka terbuki dapat beradaptasi tana meninggalkan etnis dan budayanya. Bahkan mereka juga berhasil mngembangkan dan memperkenalkan budayanya di berbagai negara melalui diaspora. Keberhasilan diapora tersebut tidak lepas dari peran pemerintah Cina sendiri yang memberikan dukungan dan fasilitas dalam pergerakan perkembangan diasorpora Cina. Diaspora Cina digunakan sebagai alat dan perantara untuk pembangunan ekonominya ke arah yang lebih baik. Jadi pada intinya diaspora Cina lebih membawa ke arah Brain Gain daripada Brain Drain karena banyak hal positif yang di dapat.
 
Referensi : 
Engelbrekt, Kjell. 2011. Loyal, Disloyal, Torn or Indifferent? Diaspora Communities in the Age of Mega Powers. Prepared for the IPSA/ECPR conference in Sao Paolo, Brazil, 16-19 February 2011.

Setyaningrum, Arie. 2004. Globalisasi dan Diaspora Cina dalam Perspektif Pos Kolonial: Dinamika Strategi Ekonomi dan Identitas Budaya. Jurnal ISSN 1410-4946. Fakultas Ilmu Sosial dan Poltik Unoversitas Gajah Mada.

Shain, Yossi and Aharon Barth. 2003.  Diasporas and International Relations Theory. International Organization 57, Summer 2003, pp. 449–479

Othman, Zaheruddin dan Otham, Muhammad Fuad. 2001. Diaspora dan Globalisasi: Potensi Ancaman Kepada Keselmatan Malaysia. In: Seminar on National Resilience (SNAR) III, 03-05 December 2012, Puteri Resort, Ayer Keroh, Melaka.

Owen, Bruce. 2011. Processes of Globalization: Diasporas dalam Living in Our Globalized World.

Van Hear, Nicholas.  1998. Migrants and Hosts, Transnationals and Stayers dalam New diasporas : The Mass Exodus, Dispersal and Regrouping of Migrant Communities. University of Washington Press. Pp 231-262

Wu, Wang Gu. 1991. China and The Chinese Overseas. Singapore: Times Academic Press.




0 komentar:

Post a Comment