Mata Kuliah : DARI
INTERNASIONALISME KE GLOBALISASI ISU DAN
STRATEGI
Tanggal : 26 November 2014
Cina merupakan salah satu dari 10 negara dengan
dengan jumlah penduduk terbayak di dunia. Ditunjang dengan adanya globalisasi,
mendorong dan menyediakan peluang bagi sekelompok orang Cina untuk melakukan
perpindahan atau migrasi dari suatu wilayah ke wilayah yang lain dengan
melampaui batas nasional dan geografis hingga mengglobal. Seperti yang
dikemukakan oleh Van Hear (1998), salah satu dari hasil proses globalisasi
adalah meningkatnya interkoneksi dan kontak atau diaspora. Kemajuan di bidang
teknologi, misalnya di bidang transportasi menjadi salah satu faktor yang
mempermudah terjadinya migrasi. Kelompok orang yang keluar dari negara asalnya
tersebut dan tersebar di wilayah baru membentuk kelompok internasional yang
disebut dispora. Adanya pergerakan masyarakat membentuk mobilitas baru dengan civilization of clashes dan strunggles
diantara masyarakat (Appadurai, 2006 dalam Owen, 2011: 1). Hubungan saling mempengaruhi antara lokal dan global yang tinggi
tersebut kemudian mendorong
terbentukknya ruang transnasional dan budaya diaspora.
Banyak
faktor yang menyebabkan adanya diaspora, mencakup karena adanya tuntutan
kondisi keterpaksaan, misalnya terjadi konflik etnis, perang saudara atau
bencana alam yang menjadikan exodus besar-besaran. Kelompok yang terpaksa
keluar dari wilayah homenya tersebut
dapat dikatakan dengan istilah involuntary
relocating people (Van Hear, 1998: 232). Faktor lain penyebab diaspora
mencakup karena adanya keinginan yang memang sengaja untuk dikehendaki individu
misalnya untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pada awalnya
perpindahan ini, tidak menimbulkan masalah bagi negara home karena perpindahan keterpaksaan dikategorikan sebagai
pengungsi dan mendapatkan perlindungan hukum juga dari negara host. Namun masalah mulai timbul ketika
kelompok imigran tersebut, yang berdiaspora karena faktor keterpaksaan maupun
keingan pribadi, memilih untuk tinggal dalam jangka waktu lama karena dapat
mempengaruhi perkembangan ekonomi di negara home
maupun host nya. Negara Cina menjadikan
kaum diapora untuk berperan dalam membangun negaranya, termasuk di bidang
ekonomi. Dampak-dampak tersebut termasuk ke dalam wilayah negara asal (home) maupun wilayah baru yang ditempati
(host). Di dalam tulisan ini akan
coba dibahas bagaimanakah persoalan diaspora Cina menjadi isu krusial dalam
hubungan internasional dan bagaimanakah globalisasi mempengaruhi
perkembangannya? Selain itu juga akan dijelaskan mengenai dampaknya secara
ekonomi sehingga nantinya akan menjawab apakah diaspora Cina ini termasuk ke
dalam Brain Drain atau Brain Gain?
Konsep
dan Sejarah Diaspora Cina
Asal
usul pergerakan diaporik dapat ditemui dalam sejarah peradaban klasik jauh
sebelum dimulainya era kolonialisme barat. Menurut Levi dan Swadenbergh (1991)
dalam Arie Setyaningrum (2004) diaspora merupakan suatu migrasi secara massif
kelompok-kelompok orang kulit berwarna (non kulit putih/eropa) ke ‘jantung
pusat eropa’ selama dan sesudah kolonialisme barat. Sementara itu menurut Wang
Gung Wu di dalam buku China and the
Chinese Overseas (1997), sejarah diaspora Cina memiliki setidaknya empat
pola migrasi yakni: sebagai kuli (Huagong),
Pedagang (Huangshang), Perantauan (Huaqio) dan keturunan perantauan Cina
yang bermigrasi ke tempat yang lainnya (Huayi).
Terdapat berbagai karakter dan sejarah
dalam empat pola migrasi di atas. Pola migrasi kuli muncul akibat dihapuskannya
perbudakan di barat. Migrasi pedagang merujuk dan dilaksanakan sekelompok etnis
Cina yang berprofesi sebagai pedangan dan memiliki keahlian tertentu mendiami
wilayah pelabuhan dan pusat perdagangan. Migrasi perantauan berlangsung dan
dilaksanakan oleh kelompok dengan berbagai profesi yang banyak berlangsung
tahun 1900-1911 sebagai akibat dari pergerakan nasionalisme yang saat itu
dipimpin oleh Jenderal Sun Yat Sen. Sedangkan pola migrasi keempat dilaksanakan
keturunan etnis Cina yang sudah lama menetap lama di suatu wilayah dan melakukan
migrasi ke tempat yang lainnya.
Sebagai
upaya untuk dapat bertahan baik secara fisik maupun psikologis, kelompok
perantauan etnis Cina ini berupaya mempertahankan bahasa, mempraktekkan ritual
kebudayaan mereka dalam komunitas terbatas di wilayah tertentu hingga sampai
terbentuk wilayah Chinatown. Dalam
melaksanakan bisnis di bidang ekonomi, kelompok ini juga melandaskan dan
menggunakan norma-norma Cina dalam bernegosiasi maupun mengelola perkembangan
bisnis. Sementara mereka juga mulai menerima bahasa dan norma-norma sosial
setempat. Menurut Wang Gung Wu, disinilah terjadi asimilasi budaya antara sense sebagai orang Cina dan nilai-nili
yang dianut masarakat setempat (khususnya Barat). Berbagai alasan dan peyebab
menjadi motivasi kelompok etnis Cina ini melakukan migrasi. Diataranya tidak
stabilnya kondisi sosial dan politik hingga berakibat timbunya penderitaan
karena keterbatasan kondisi geografis maupun sumber daya alam.
Diaspora cina berakar pada kondisi
fisik yang turut mempengaruhi pembentukan nilai-nilai budaya. Kondisi geografis
wilayah Cina yang tidak stabil (pegunungan dan kurang suburnya tanah)
menyebabkan kemiskinan dan mendorong mereka untuk meninggalkan tanah kelahiran
dan membangn harapan di tanah yang baru. Sedangkan dari sisi historis, karakterisik
pergerakan diasporik Cina pada awalnya berlangsung pada abad 3 Masehi hingga
abad ke 18 (Wu, 1991). Sejak akhir abad ke 19 hingga awal abad ke 20, migrasi
Cina lebih dikarenakan pembukaan wilayah-wilayah kolonial Barat serta kekacauan
politk di daratan Cina.
Timbulnya
Kapitalisme Global dan Dampaknya di Bidang Ekonomi
Adanya
diaspora Cina merupakan awal lahirnya trans-nasionalisme Cina modern yang
berakar dari konteks kolonialisme barat di Asia. Trans-nasionalisme Cina modern
berkembang pesat mengikuti strategi dan networking
yang diperoleh melalui kapitalisme global. Globalisasi berdampak secara
nyata terhadap national state,
pembentukan identitas kultural dan etnis, transformasi pertumbuhan kelas pada
etnis perantauan Cina itu sendiri. Terdapat dua elemen kapitalisme yang
menodorong berkembangnya aktivias ekonomi etnis dispora Cina. Elemen
kapitalisme ini berkaitan dengan trans-nasionalisme Cina yakni strategi
memperluas jaringan (the strategy of
expanding network) dimana terjalin hubungan jaringan bisnis dan kekerabatan
antara kelompok diaspora Cina di luar negeri dengan kerabat mereka di daratan
Cina. Elemen kedua adalah peluang yang diciptakan oleh kapitalisme global (opportunities created by the global
capitalism) meliputi kepentingan-kepentingan terhadap keuntungan ekonomi
pada pasar global mendorong berbagai rezim pemerintahan menawarkan status
politik bagi kelompok perantauan Cina untuk mendorong berkembangnya ekonomi
kelompok diapora Cina.
Pasar
dan produksi ekonomi global yang berkembang pesat telah menciptakan arus
kapital dimana dimanfaatka kelompok diaspora Cina dengan menyesuaikan kondisi
budaya yang ada untuk mengambil keuntungan dengan menggunakan strategi
kekerabatan. Pertama dengan cara relokasi atau penyebaran anggota keluarga
mereka dengan cara membangun perusahaan keluarga yang menggunakan konsep relasi
kekerabatan dimana suatu perusahaan didominasi pengelolaannya dari keturunan
Cina. Bisnis semacam ini terbentuk melalui proses berbagi suatu budaya yang
dimiliki bersama serta bekerja dalam jaringan hubungan kewirausahaan yang
disebut The Chineses Commonweath (Persemakmuran
Cina). Cara yang kedua dengan memanfaatkan jaringan Guanxi di daratan Cina
dimana jaringan ini mensuplai produksi barang untuk diekspor ke negara-negara
tempat para pengusaha etnis perantauan Cina ini tinggal. Dengan adanya jaringan
ini dapat diidentifikasi kebutuhan pasar global dan melibatkan berbagai inovasi
teknologi canggih.
Kewarganegaraan
(citizenship) menjadi salah satu isu penting
menyangkut meluasnya pasar global akibat globalisasi. Pertumbuhan kapitalisme Cina
didukung oleh norma-norma yang
mengutamakan kesejahteraan keluarga dimana etika semacam ini disebut utiitarian familialism yaitu nilai-nilai
keluarga yang bersifat utilitarian yang memprioritaskan kepentingan keluarga di
atas yang lain. Proses pencampuran antara kepetingan ekonomi dan budaya ini telah
melahirkan suatu fenomena yang disebut sebagai The Third Culture yang mengacu dari produk-produk globalisasi yang
muncul dari proses trans-nasional baru. Meskipun diaspora Cina umumnya dianggap
sukses karena mampu meningkatkan taraf ekonomi bagi individu maupun negara home serta host namun terdapat banyak kendala di
dalamnya, terutama kendala kultural, seperti tekanan dan perlakuan
diskrimitatif sekaligus digunakan sebagai alat oleh pemerintah dalam
mengembangkan aktivitas ekonomi.
Diaspora
Cina : Brain Drain atau Brain Grain?
Diaspora
Cina ini sebenarnya menyebabkan keuntungan mutualisme atara dua negara yaitu
negara house dan host karena diaspora ini sendiri dapat menjadi sponsor bagi kedua
negara dengan mengedepankan trading
network yang dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan berujung pada
perkembangan ekonomi. Keberhasilan diaspora berkorelasi langsung dengan jenis
tenaga migran dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan kedua
negara. Fenomena Brain Drain akan
terjadi jika pepindahan oleh migrasi skilled labor sehingga menyebabkan negara house tidak dapat melaksanakan kegiatan
pembangunan dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang berpotensi. Namun
apabila negara mampu menangani permasalahan Brain
Drain dan memberdayakan realitas yang ada maka hal positif akan didapatkan.
Pemerintah Cina memberikan kebebasan
dan tidak melarang para skilled untuk
bermigrasi. Mereka juga memberikan wadah dan dukungan dalam bentuk adanya
berbagai rezim pemerintahan untuk mendukung diapora di bidang politik maupun
ekonomi. Dari sini negara Cina juga memperoleh keuntungan berupa dukungan
meningkatnya relasi ekonomi dan diplomatik intens karena negara host merasa negara Cina berjasa karena memberikan tenaga
profesionalnya ke negara mereka. Sebagai gantinya negara house memberikan bantuan untuk lebh meningkatkan sumber daya
manusia di negara Cina itu sendiri. Selain itu Cina juga memperoleh keuntungan
dengan makin menglobalnya kebudayaan dan etnis negaranya sehingga berdampak
positif bagi hubungan internasional Cina dengan negara lain. Fenomena yang
berdampak positif inilah yang disebut dengan Brain Gain.
Kesimpulan
Globalisasi
menyebabkan perubahan dinamika di berbagai aspek salah satunya perubahan
dinamika sosial dan masyarakat hingga muncul suatu fenomena perpindahan
masyarakat dari wilayah yang satu ke wilayah lain melewati lintas batas
geografis dan global yang disebut diaspora. Globalisasi bukan cuma sebagai
penyebab dan faktor pendorong, namun juga sebagai pendukung maraknya diaspora.
Diaspora di Cina dapat dikatakan sukses karena mereka berhasil menempatkan diri
dengan berbagai strategi untuk dapat bertahan dengan baik di wilayah baru
sehingga dapat menguntungkan tidak hanya bagi individu namun juga bagi negara
asal maupun negara yang di tempati dilihat dari perkembangan ekonomi. Walaupun
sebagai kaum minoritas, mereka terbuki dapat beradaptasi tana meninggalkan
etnis dan budayanya. Bahkan mereka juga berhasil mngembangkan dan
memperkenalkan budayanya di berbagai negara melalui diaspora. Keberhasilan
diapora tersebut tidak lepas dari peran pemerintah Cina sendiri yang memberikan
dukungan dan fasilitas dalam pergerakan perkembangan diasorpora Cina. Diaspora
Cina digunakan sebagai alat dan perantara untuk pembangunan ekonominya ke arah
yang lebih baik. Jadi pada intinya diaspora Cina lebih membawa ke arah Brain Gain daripada Brain Drain karena banyak hal positif yang di dapat.
Referensi :
Engelbrekt, Kjell.
2011. Loyal, Disloyal, Torn or Indifferent? Diaspora Communities in the Age of
Mega Powers. Prepared
for the IPSA/ECPR conference in Sao Paolo, Brazil, 16-19 February 2011.
Setyaningrum, Arie.
2004. Globalisasi dan Diaspora Cina dalam
Perspektif Pos Kolonial: Dinamika Strategi Ekonomi dan Identitas Budaya.
Jurnal ISSN 1410-4946. Fakultas Ilmu Sosial dan Poltik Unoversitas Gajah Mada.
Shain, Yossi and
Aharon Barth. 2003. Diasporas
and International Relations Theory. International Organization 57,
Summer 2003, pp. 449–479
Othman, Zaheruddin dan
Otham, Muhammad Fuad. 2001. Diaspora dan
Globalisasi: Potensi Ancaman Kepada Keselmatan Malaysia. In: Seminar on National Resilience (SNAR) III, 03-05 December 2012,
Puteri Resort, Ayer Keroh, Melaka.
Owen, Bruce. 2011. Processes of Globalization: Diasporas
dalam Living in Our Globalized World.
Van Hear, Nicholas. 1998.
Migrants and Hosts, Transnationals and
Stayers dalam New diasporas : The Mass Exodus, Dispersal and Regrouping of
Migrant Communities. University of Washington Press. Pp 231-262
Wu, Wang Gu. 1991.
China and The Chinese Overseas.
Singapore: Times Academic Press.
0 komentar:
Post a Comment