Mata Kuliah : DARI
INTERNASIONALISME KE GLOBALISASI ISU DAN
STRATEGI
Tanggal : 17 Desember 2014
Konsumerisme merupakan suatu idiologi dimana
menjadikan suatu personal untuk menjalankan proses konsumsi atau membeli
kepemilikan material secara berlebihan dengan tujuan pemuasaan kebutuhan dan
kebahagiaan personal. Konsumerisme menawarkan kepuasan ego bagi mereka yang
dapat memenuhi kemewahan dan rasa frustasi bagi mereka yang tidak dapat
memenuhinya. Mereka yang merasa frustasi adalah mereka yang belum siap menerima
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga timbul goncangan dalam kehidupan
sosial budaya sehingga menyebabkan seorang individu menjadi tertinggal. Di era
globalisasi, peningkatan media informasi semakin meluas dimana arus informasi
dan komunikasi dapat dengan mudah dijangkau. Konsumerisme tidak lepas dari
media sebagai sarana untuk membangkitkan dan memicu keinginan konsumen untuk
membeli suatu barang melalui iklan sebagai praktek ekonomi sekaligus praktek
representasi. Selain itu, kemudahan akses media menjadikan masyarakat lebih
mudah dalam memperoleh barang kebutuhannya karena terfasilitasi dengan baik
tanpa terbatasi ruang dan waktu sejalan dengan bertumbuhnya arus globalisasi.
Adanya konsumerisme menyebabkan timbulnya sistem sosial
tertentu sehingga muncul suatu jarak antar masyarakat yang menggambarkan status
sosial diantara mereka. Keingian untuk mendapatkan status sosial yang tinggi
menjadikan masyarakat berlomba-lomba meningkatkan sifat konsumerismenya. Hal
tersebut akhirnya dimanfatkan korporasi untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya melalui pemenuhan konsumerisme. Konsumerisme menguntukan para pemilik modal dan memanfaatkan
masyarakat yang menjadi obyek. Rusia
merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumerisme tinggi dimana
konsumerisme mulai berkembang pasca runtuhnya soviet yaitu ketika pasar bebas,
yang merupakan praktek dari kapitalisme global, berlaku. Budaya
konsumerisme merupakan merupakan jantung dari kapitalisme. Kapitalisme global
mulai berkembang pesat, segera setelah perang dingin yang berakhir pada tahun
1980-an.menjadi latar belakang sekaligus pemicu konsumerisme. Di dalam tulisan ini, akan dijelaskan bagaimanakah
persoalan konsumsi, konsumerisme di Rusia menjadi persoalan internasional
searah dengan berjalannya kapitalisme global?
Peningkatan
Ekonomi dan Konsumerisme
Rusia
merupakan negara dengan pasar ekonomi yang dinamis karena didukung oleh
pendapatan yang meningkat dan perekonomian yang cukup stabil. Menurut survey,
rata-rata penghasilan masyarakat Rusia sebesar US$700 – US$1500. Pada kurun
waktu 2002 - 2003, pemasukan meningkat hingga 8 - 9% per tahun karena nilai
tukar Rubel yang kembali pulih setelah krisis ekonomi yang menimpa Rusia pada
tahun 1998. Membaiknya kondisi ekonomi Rusia dan tingginya pemasukan bersih
masyarakat Rusia, kedua hal itu pada akhirnya menuntun masyarakat Rusia pada
gaya hidup konsumerisme.
Pada tahun 2002, tercatat bahwa 12 –
15% masyarakat Rusia adalah kelas menengah dimana mereka menghabiskan $260 -
$275 miliar untuk kebutuhan barang dan jasa. Mengkonsumsi barang dan jasa bagi
masyarakat Rusia tidak hanya sekedar meningkatkan nilai guna dari barang atau
jasa yang mereka bei tersebut namun juga menjadikan kegiatan membeli sebagai
kegiatan yang lebih penting. Angka pertumbuhan pembelanjaan barang dan jasa
oleh konsumen Rusia paling tinggi dibandingkan negara Eropa lainnya. Hal
tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah.
Sumber
: PBN, dikutip dari skripsi Anggita Puji Nayantaka, UI
Vladimir Putin sebagai presiden Rusia
ikut berperan dalam mengembangkan dan membangkitkan perekonomian Rusia yang
sempat terpuruk. Pada awal masa jabatannya di tahun 2000, Putin menerapkan
kebijakan seperti restrukturisasi (memaksimalkan kinerja perusahaan) dan
renasionalisasi. Dengan budget awal sebesar 797.2 miliar Rubel atau setara
dengan $24 miliar mampu membuat keadaan perekonomian Rusia mulai stabil.
Disamping itu di waktu yang sama, pada tahun 2004, harga pasar mengalami
penurunan pada titik terendah yaitu sebesar 10.9% sehingga menyebabkan
kemampuan masayarakat Rusia untuk mengkonsumsi barang dan jasa meningkat.
Kebijakan lain juga diterapkan dengan
menaikkan upah minimum dan upah pokok masyarakat Rusia sebesar 20% dari tahun
sebelumnya. Selain itu, pemerintah Rusia juga menerapkan pajak yang relatif
kecil yaitu sebesar 13%. Dengan keadaan perekonomian stabil seperti ini, timbul
kepercayaan masayarakat rusia terhadap perekonomian Rusia itu sendiri sehingga
masyarakat tidak lagi berpikir panjang untuk membelanjakan pendapatannya karena
fluktuatif harga pasar yang stabil seiring dengan stabilnya perekonomian. Sehingga
dapat dikatakan kestabilan dan penigkatan perekonomian di Rusia, menjadikan
masyarakat Rusia sebagai konsumen tinggi hingga timbul gaya hidup konsumerisme.
Konsumerisme
di Rusia dan Perkembangannya
Pada
masa Uni Soviet, paham komunis dan sosialis sangat melekat. Pengawasan
pemerintah Rusia dalam segala bentuk aspek kegiatan menyebabkan keterbatasan
masayarakat Rusia dalam berekspresi, salah satunya dalam kegiatan perekonomian.
Sistem ekonomi komando yang dijalankan pemerintah tersebut membuat budaya
konsumerisme mati karena dianggap sebagai unsur kapitalisme ekonomi barat. Kolhoz didirikan sebagai badan pemerintah
yang memiliki hak penuh dalam memonooli perdagangan dan kegiatan ekonomi
masyarakat. Akibatnya, barang yang bisa dikonsumsi dan supplai kebutuhan hidup
terbatas. Selain itu pemerintah juga membentuk badan pemerintah Tockomcman, yaitu lembaga negara penentu
harga yang tugasya mengatur dan menentukan harga-harga di pasaran. Hal tersebut
mengakibatkan masyarakat Soviet tidak dapat membeli barang sesuka hati
dikarenakan tingginya pajak, pengendalian harga dan kontrol sosial dari
pemerintah.
Setelah Soviet runtuh, sistem
perekonomian komando oleh Kolhoz dan Tockomcman ini juga mengalami keruntuhan
sehingga sempat terjadi kelangkaan barang-barang konsumsi. Barang-barang
konsumsi banyak yang terhenti dan terbuang sehingga pada akhirnya, pemenuhan
kebutuhan didominasi oleh pasar gelap dengan cara barter. Rusia mengalami
penurunan Produk Domestk Bruto (PDB) hingga hampir 50% tetapi di tahun 1999
hingga 2000 Rusia mengalami perbaikan ekonomi seperti yang telah dijelaskan
pada sub bab sebelumnya. Keadaan perekonomian yang meningkat tersebut menimbulkan
kestabilan harga pasar dan peningkatan upah. Dari sanalah timbul hasrat dan
keinginan masyarakat Rusia untuk membelanjakan anggaran pendapatannya hingga
akhirnya mengarah pada kosumerisme.
Konsmerisme di Rusia sudah dimulai
sejak tahun 1701 ketika Peter Agung mengumumkan bahwa para bangsawan harus
menggunakan pakaian bernuansa barat sebagai weseternisasi karena barat dianggap
sebagai bangsa yang lebih maju. Hal tersebut menimbulkan lonjakan keinginan
masayarakat Rusia untuk menggunakan pakaian bernuansa barat tersebut demi
meningkatkan status sosialnya agar terlihat seperti bangsawan. Ketertarikan
tersebut merambat tidak hanya dalam seni berpakaian namun juga ke arah aspek
yang lainnya seperti budaya dan furnitur. Perilaku masyrakat Rusia ini pada
akhirnya menarik korporasi asing, salah satunya dari Perancis untuk
berinvestasi dan membuka toko serta melakukan perdagangan di Rusia dengan
mengutamakan keinginan customer Rusia
yang menginginkan produk bernuansa barat. Pada masa ini Rusia telah membuka
diri pada budaya barat sehingga terbentuk masyarakat yang bangga dan
berlomba-lomba akan penggunaan produk bernuansa barat yang pada akhirnya memunculkan
budaya konsumerisme.
Konsumerisme
dan Kapitalisme Global
Konsumsi yang dilakukan masyarakat Rusia tidak
hanya dilakukan sebagai suatu tolak ukur keadaan ekonomi bangsa Rusia tetapi
juga sebagai tolak ukur dari identitas masyarakat dan konsep diri. Berbagai
media iklan yang timbul sesuai dengan banyaknyanya ragam komoditi yang
ditawarkan menjadikan masyarakat Rusia memiliki pilihan terhadap komoditi dan
juga terhadap stereotipe identitasnya. Dimana masyarakat Rusia memiliki
keleluasaan memilih identitas melalui komoditi yang dikonsumsi. Sebagai contoh
pada salah satu iklan produk Louis Vuitton dari Perancis. Di dalam iklan tersebut
menampilkan mantan presiden Rusia Mikhael Gorbachev yang sedang duduk
bersebelahan dengan tas Louis Vuitton miliknya. Dari iklan ini dapat
menimbulkan persepsi masyarakat Rusia bahwa produk asing Louis Vuitton, telah
digunakan mantan presiden yang membawa perubahan Rusia. Secara tidak langsung
dapat dikatakan, Louis Vuitton sebagai produk asing dari Perancis adalah produk
yang pantas digunakan orang-orang yang menginginkan perubahan dan pola pikir
yang dinamis. Di era globalisasi, produk-produk asing mulai mendominasi pasar
Rusia sehingga investasi asing pun juga ikut meningkat.
Munculnya korporasi dan perusahaan
multinasional tersebut merupakan bentuk nyata hadirnya kapitalisme global.
Tercatat bahwa investasi asing di Rusia mencapai 60,3 milyar dolar pada tahun
2007 sehingga membuat pasar Rusia dipenuhi produk-produk asing yang omset
penjualannya meningkat pesat. Dengan bertambahnya produk yang masuk ditambah
dengan hadirnya iklan yang merepresentasikan identitas asing beridiologi barat
yang memang diinginkan masyarakat Rusia sebagai identita diri, sehingga membuat
keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang kian bertambah. Gaya hidup
konsumerisme tebukti muncul di Rusia. Sebagai contoh yang terjadi di kota
Moskow sebagai ibukota Rusia. Menurut survey dari PBN consumer good spending atau rata-rata perbelanjaan barang konsumsi
oleh masyarakat moskow adalah sebesar 85% dan 50% didominasi oleh food and baverange dan 11% didominasi
oleh fashion and clothing.
Kesimpulan
Globalisasi
mendorong perkembangan media sebagai sarana penyampaian informasi terkait tujuan
meningkatkan hasrat atau keingan masyarakat untuk mengonsumsi barang atau jasa.
Dengan adanya globalisasi juga menjadikan media sebagai fasilitas dalam memenuhi
kebutuhan menjadi lebih mudah dimana dengan adanya globalisasi, kemudahan
memperoleh barang tidak terbatas ruang dan waktu. Adanya keinginan yang
berlebih dan kemudahan memperoleh barang menjadikan tingkat konsumsi masyarakat
semakin meningkat hingga tercapai gaya hidup konsumerisme. Proses Globalisasi
juga mengubah perilaku manusia dan memberi dampak terhadap pembentukan generasi
dimana status sosial menjadi tolak ukur dan identitas diri. Di Rusia,
peningkatan dan perekonomian yang stabil mendorong semakin meningkatnya
konsumerisme. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan kapitalisme dimana pada
akhirnya timbul berbagai korporasi asing dan perusahaan multinasional di Rusia sebagai
bentuk nyata hadirnya kapitalisme global yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan sebesar-besarya melalui pemenuhan kebutuhan para konsumerisme.
Referensi :
Amitai Etzioni. 2004.
The Post Affluent Society. Review of
Social Economy, Vol Lxii, No. 3, September 2004.
Atmadja, Anantawikrama Tungga dan Nengah Bawa Atmadja. 2010.
Shopping Mall: “Sekolah” Membentuk
Manusia Berideologi Konsumerisme. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Jln. Udayana Singaraja.
Hamoraon, Haroni
Doli. 2004. Analisis Kausalitas dan
Konsumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Tesis Program Pascasarjana.
Universitas Sumatera Utara Medan.
Migone, Andrea. 2004. Hedonistic Consumerism: from
Want-Satisfaction to Whim-Satisfaction. GCPE Working Paper 04-05.
Department of Political Science, Simon Fraser University.
Matthias Zick Varul. Towards a consumerist critique of capitalism:
A
socialist defence of consumer culture. Ephemera: Theory and Politics in Organization. Volume 13(2):
293-315.
Nayantaka, Anggita
Panji. Konsumerisme di Moskow.
Skripsi Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Indonesia.
Necalsurmer, Peter B. The Impact of Consumer Trends on Busines in Russia. The PBN Company
http://www.worldcrunch.com/culture-society/the-psychology-behind-russia-039-s-runaway-consumerism/consumer-spending-brand-names-luxury-status-economy/c3s13747/#.VJDHmIamHIU
https://www.docstoc.com/pass?docId=14553451&download=1
http://amadanwar.blogspot.com/2012/12/sistem-kapitalisme-global.html
0 komentar:
Post a Comment