Mata Kuliah : DARI
INTERNASIONALISME KE GLOBALISASI ISU DAN
STRATEGI
Tanggal : 15 Oktober 2014
Salah satu dari 8 tujuan Milenium Development Goals (MDG) adalah ensure environmental sustainability atau memastikan keberlangsungan lingkungan dimana berbagai cara dilakukan diantaranya dengan mulai diintegrasikannya prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan upaya meminimalkan hilangnya sumber daya lingkungan. Globalisasi memiliki efek positif dan negatif terhadap lingkungan. Globalisasi sendiri dapat memperburuk permasalahan lingkungan maupun memberikan solusi untuk penanganan permasalahan lingkungan itu sendiri. (Anderson, Cavanagh, and Lee 1999; Jobes 2003; Speth 2003 dalam kuliah IGLO 8 Oct 2014). Semakin meningkatnya kematian karena persoalan lingkungan mendorong persoalan lingkungan menjadi perspektif tidak hanya oleh ranah nasional namun juga internasional. Selain itu juga karena fakta tentang perlunya manusia manaruh perhatian lebih terhadap kelangsungan hidupnya di bumi dimana bumi itu sendiri memiliki beban berlebih untuk memulihkan diri akibat dari banyaknya eksploitasi sumber daya alam oleh manusia.
Green Growth hadir sebagai suatu paradigma dan strategi kebijakan yang sudah menjadi suatu tren global baru dimana memiliki kerangka berfikir dasar mengenai pembangunan yang revolusioner. Pembangunan tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi atau meningkatkan taraf kesejahteraan manusia, tapi juga sekaligus memastikan kelestarian lingkungan hidup. Pada tahun 2012 perserikatan bangsa yang tergabung dalam Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (ESCAP) merilis Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific sebagai pedoman pengembangan konsep ‘Low Carbon Green Growth’ demi menciptakan pembangunan ekonomi baru di suatu wilayah khususnya di Asia dan Pasifik. Dalam tulisan ini akan coba dijelaskan bagaimana persoalan lingkungan menjadi sustainability dalam perspektif internasional dan bagaimanakah globalisasi mempengaruhi perkembangannya? Dengan fokus pembahasan di wilayah Asia Pasifik dimana permasalahan lingkungan menjadi salah satu tren internasional sehingga dirilisnya Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific oleh ESCAP sebagai solusi pengenalan konsep Green Growth yang lebih mendalam.
Globalisasi dan Persoalan Lingkungan
Dunia saat ini memasuki era baru dimana pertumbuhan ekonomi di berbagai negara meningkat akibat perkembangan globalisasi. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya Gross Domestic Product dan peningkatan emisi CO2 sebagai hasil dari industrialisasi di masing-masing negara tersebut. Menurut laporan United Nations Secretary-General’s High-Level Panel diramalkan pada tahun 2030 nanti, dunia akan membutuhkan paling tidak 50 persen tambahan pangan, 45 persen tambahan energi dan 30 persen tambahan air. ESCAP sendiri memperkirakan pada 2011, 42 juta orang di kawasan Asia-Pasifik mengalami kemiskinan karena tingginya konsumtif product disertai tingginya harga energi dan pangan.
Sementara itu di sisi lain, kendala perubahan iklim masih sering menyebabkan kerusakan dan mengancam kemajuan pembangunan. Wilayah Asia-Pasifik merupakan wilayah yang paling rentan mengalami perubahan iklim ekstrim yang banyak berakibat fatal. Tercatat 80 pesen kematian dan 38 persen ekonomi global hancur karena bencana. Sedangkan menurut catatan Green Economic Coalition (GEC) menyebutkan bahwa 70 persen dari 1,2 milyar warga miskin di dunia menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam. Oleh sebab itu, negara dituntut untuk mengubah krisis tersebut menjadi sebuah peluang melalui konsep Low Carbon Green Growth, sebuah strategi pertumbuhan baru untuk Asia dan Pasifik. Green Growth dapat meningkatkan energi, air, keamanan pangan dan mencapai tujuan MDG. Konsep dari Grren Growth lahir di wilayah Asia-Pasifik dan kini sudah dipraktekkan secara global. Konsep Green Growth pertama kali diperkenalkan oleh Ministerial Declaration yang diadopsi dari Fifth Ministerial Conference of Environmental and Development in Asia and the Pasific (MCED-5), oleh ESCAP pada 2005 yang bersidang di Republik Korea. Green Growth merupakan starategi cerdas untuk pembangunan bekelanjutan sekaligus sebagai proses tercapainya Green Economy. Selain itu juga sebagai crucial strategi ekonomi untuk negara berkembang.
Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific
Melalui dirilisnya Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific, ESCAP mencoba malakukan pendekatan untuk memperkenalkan konsep Green Growth sekaligus memberikan arahan langkah-langkah cerdas dan sistematis pencapaian Green Growth. Banyak negara yang memang sudah menerapkan kebijakan Green Growth namun terkadang bagaimana cara dan langkah-langkah cerdas dan sistematis untuk menerapkan Green Growth itu sendiri masih belum ada penjelasan yang pasti. Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific memcoba mengatasi hal tersebut dengan memperkenalkan 5 langkah sebagai pendorong perubahan sistem ke arah Low Carbon Green Growth yaitu : (1) Improving the quality of growth and maximizing net growth (2) Changing the invisible structure of the economy (3) Changing the visible structure of the economy (4) Turning green into a business opportunity (5) Formulating and implementing low carbon. Secara jelas dapat dilihat melalui bagan di bawah :
Langkah pertama yaitu dengan peningkatan kualitas dimana yang dimaksud di sini adalah kualitas ekonomi, ekologi dan sosial. Peningkatan tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan cara menurunkan tingkat pengangguran, mengatasi masalah krisis finansial dan komoditas, memaksimalkan pertumbuhan ekosistem yang baik, meningkatkan kualitas hidup sosial, dan sebagainya. Karena fokus pada kualitas secara tidak langsung akan juga akan meningkatkan net growth. Setelah ada peningkatan kualitas, perubahan sistem yang sudah ada dibutuhkan untuk memperoleh hasil baru yang lebih baik. Perubahan sistem yang pertama dilakukan adalah ke ‘invisible structure’ kemudian diikuti perubahan ‘visible structure’. Invisible structure yang dimaksud disini contohnya adalah harga pasar, life style, regulasi, teknologi dan sebagainya. Perubahan invisible structure dapat dilakukan dengan cara menutup kesenjangan antara efisiensi ekonomi dan ekologi dimana peninkatan efisiensi ekonomi disertai juga dengan peningkatan ekologi, misalnya dengan mengubah life style penggunaan bahan bakar yang ekonomis namun tidak ramah lingkungan menjadi penggunaan bahan bakar yang ekonomis dan ramah lingkungan.
Untuk perubahan visible structure dilakukan dengan cara perencanaan dan perancangan eco-efisience infrastruktur. Eco-efisience infrastruktur disini meliputi green transport, yaitu menggunakan public transpor sebagai public services, green urban planning (pembangunan hijau), dan green energy infrastructure, yaitu mengefisiensikan penggunaan energi yang rendah emisi karbon dan ramah lingkungan dan sebagainya. Setelah dilaksanakannya berbagai perubahan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan bisnis yang ramah lingkungan atau biasa disebut green business dimana disertai dengan pengembangan dan perancangan berbagai teknologi yang ramah lingkungan, efisien, dan menghasilkan keuntungan besar. Langkah terakhir adalah merumuskan dan melaksanakan low carbon dimana keempat langkah sebelumnya diharapkan dapat mengahasilkan perencanaan matang yang disertai peningkatan kualitas lingkungan.
Analisis :
Permasalahan lingkungan menjadi isu yang dibahas di ranah internasional karena semakin besarnya akibat fatal yang ditimbulkan dari upaya manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya namun tidak mempertimbangkan keberlangsungan kelestarian lingkungan itu sendiri. Sehingga permasalahan lingkungan yang ditimbulkan akan bisa menjadi bumerang bagi keberlangsungan hidup ke depan apabila tidak segera diatasi. Berbagai organisasi internasional menjadi jembatan untuk perwujudan pembangunan berwawasan lingkungan yang sedang dikejar oleh negara-negara di dunia. Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (ESCAP) merilis Low Carbon Green Growth Roadmap for Asia and Pasific sebagai pedoman pengembangan konsep ‘Low Carbon Green Growth’ dengan 5 langkah sebagai pendorong perubahan sistem ke arah Low Carbon Green Growth yang dapat diaplikasikan khususnya oleh negara Asia-Pasific demi menciptakan pembangunan ekonomi baru yang berwawasan lingkungan.
Referensi :
Rico, María Nieves, 1998. Gender, the Environment, and the Sustainability of Development. Chile, Santiago.
LGG for Thailand, Low Carbon Green Growth by United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (ESCAP)
http://www.bppk.depkeu.go.id/webku/images/sekilas%20tentang%20green%20growth.pdf
http://www.oecd-ilibrary.org/environment/green-growth-indicators-2013_9789264202030-en
http://sustainabledevelopment.un.org/index.php?menu=1447
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.unep.org%2Fgreeneconomy%2F&ei=Ptc9VKemOoSeugTi74KYBg&usg=AFQjCNFzu-sIUiyJnKjJUFeC3wyW2v1sug&sig2=OHNoCuL4Pp3RWoP1MjwWAQ&bvm=bv.77412846,d.c2E
0 komentar:
Post a Comment